Google

Thursday, April 24, 2008

PEMBELAJARAN BERMAKNA: UBAH GURUNYA BARU MURIDNYA.


Guru hampir tak bisa pernah lelap tidur, zaman berputar, dan teknologi selalu mati muda. Itulah yang terjadi ketika manusia menggunakan “mesin dahsyatnya”, berupa otak yang cerdik untuk selalu dan selalu berkreasi, inovasi ke dalam ranah teknologi.
Pembelajaran dengan segenap metodenya, yang beriringan dengan modelnya penyajian, adalah salah satu serpihan teknologi, yakni teknologi pembelajaran. Kini karya-karya unggul bidang pembelajaran muncul, konsekuensinya adalah lahirlah terminology alias istilah-istilah baru. Dalam proses pembelajaran, dari paradigma, model dan penerapannya, juga disentuh oleh kemajuan itu. Akhirnya orang mengenal istilah-istilah ini, mulai dari Quantum Teaching, Quantum Learning, Cooperative Learning, hingga Contextual Teaching Learning. Istilah yang kadang bikin pening, kadang pula juga mengundang tanggapan miring, adalah suatu realita yang menuntut adanya daya suai bagi profesi Guru. Rupanya hal itu menuntut suatu keharusan, dengan kata lain, Guru harus berubah. Pertanyaannya sudah siapkah sang Guru, merubah beton-beton mental yang telah lama membatu, dan sudah menjadi jati diri.
Teknologi secanggih apa pun tak akan mampu diaplikasi, ketika manusia sebagai aktornya enggan merubah mentalitasnya.
Hari ini kita dalam wahana sosialisasi, yang akan mengangkat sebuah materi pembelajaran bermakna, namun jika mentalitas kita memberi jawaban enggan berubah, maka wahana sosialisasi ini tidak memiliki arti.



MENGUBAH MENTALITAS YANG TERLANJUR BEKU & MEMBATU

Hadirnya sesuatu yang baru, serta merta membelah sikap mental seorang-orang, ada yang setuju, ada yang pula menggerutu. Sosialisasi kalau ini memiliki maksud untuk menjebatani belahan sikap tadi. Seperti lahirnya “PEMBELAJARAN BERMAKNA”, yang kini akan kita dicerna bersama, kita kunyah-kunyah berjama’ah. Kadang mengundang pertanyaan yang sangat menyeramkan, apakah selama ini pembelajaran tidak bermakna ?. Apakah pembelajaran yang kita lakukan selama ini sia-sia?. Tentu itu tidak benar. Pembelajaran yang kita lakukan sudah benar, namun kemajuan teknologilah yang menstimuli kita untuk beradaptasi, artinya mengadaptasikan proses pembelajaran sesuai zaman.
Bagaimana dengan profesi kita?, Tentunya yang harus kita kedepankan saat ini adalah kerelaan kita untuk berubah.
Model pembelajaran, adalah sebuah metodologi, atau sarana, lebih kasar kita sebut “alat” atau “piranti”. Guru adalah seorang profesionalis yang menjalankan fungsi-fungsinya dengan menggunakan metodologi, kendatipun aturan telah dicanangkan, namun sikap mental masih pada pusaran yang rentan berubah, maka segalanya menjadi kalah dan “mentah”
Kuncinya adalah, saat ini kita harus berubah. Dari paradigma lama menju yang baru.

MODAL MENGGAPAI PARADIGMA BARU

eorang Guru pasti memahami istilah yang satu ini. “Learning Process”. Manusia bisa berubah dan menerima paradigma baru, tidak serta merta. Tapi perlu tahapan. Tahapan itu adalah, “Know”, “Believe”, “Attitude”, “Behavior”, “Habit” dan “ Culture”.
Know:
Semua stimuli dari akibat interaksi kita dan lingkungan, akan menjadi bahan dasar untuk mengetahui sesuatu, dan selanjutnya berfungsi untuk memicu munculnya perilaku. Workshop kali ini adalah wahana menstimuli, agar meransang munculnya perilaku baru.
Yakni menerima atau menolak, setuju dengan pembelajaran bermakna atau tidak
Believe:
Setelah kita mengetahui sesuatu yang baru, yang sudah disaring oleh keyakinan kita. Keyakinan yang bersumber dari nilai-nilai yang terbentuk di lingkungan. Jika hal itu bermakna, maka kita pasti menerimanya.
Attitude :
Sinergi antara apa yang kita ketahui dengan apa yang kita yakini, dan akhirnya membuahkan perilaku. Hebatnya, metodologi yang baru, apakah Quantum Teaching, Learning, atau Cooperative leraning. Jika Guru tidak yakin akan hal itu, maka hampir dipastikan tidak akan lahir perilaku yang baru.
Behavior :
Perilaku yang ditampilkan oleh seorang Guru, adalah akumulasi dari Know, believe dan Attitude. Ketiga paduan tersebut, acapkali disebut sebagai “software”, sedangkan behavior adalah ‘hardwarenya” Jika seorang Guru dalam memahami pembelajaran bermakna tidak melalui proses know, believe, hingga attitude, maka bekerjanya akan setengah hati.
Habit :
Perilaku yang didemonstrasikan secara konsisten adalah kebiasaan [habit], merupakan bentuk kristalisasi perilaku. Jika hal ini terbentuk, maka Pembelajaran Bermakna, akan menjadi santapan, alias menu utama Guru. Semuanya akan menjadi jalan tanpa hambatan, metode pembelajaran ini kan popular, setara film “ayat-ayat cinta”
Cultutre:
Budaya adalah cerminan dari nilai-nilai yang diketahui dan diyakini. Budaya merupakan pemantapan dari kebiasaan [habit]. Pada tahapan inilah, perilaku seorang-orang sudah melekat dan sulit untuk diubah kembali, kendati ada nilai-nilai yang baru.
Jika ada intervensi nilai yang baru, harus melalui “Learning Process”. Pengalaman yang kita tarik dari pemahaman ini adalah, bahwa workshop ini, tidak serta merta langsung berubah budaya yang sudah membatu dan membeku. Namun tersimpan sebuah kesadaran, yang menyatakan bahwa workshop kali ini adalah utaian dari “learning process



MEMBANGUN ABILITY TO RESPONSE

Guru juga manusia “. Manusia yang memiliki kemampuan untuk menanggapi adalah manusia yang mampu mengendalikan kehidupannya, sehingga dia mampu menentukan tindakannya sendiri. Terkait dengan profesi seorang Guru, maka dalam membangun citranya sedikitnya, ada lima kemampuan yang harus dikantongi.
Kemampuan-kemampuan itu adalah:


  • Ability to fact [kemampuan memahami fakta]
  • Ability to basic knowledge [kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan]
  • Ablity to evaluation [kemampuan mengevaluasi]
  • Ability to analysis [kemampuan analisis]
  • Ability to response [kemampuan menanggapi]. adalah kemampuan yang muncul, akibat kemampuan-kemampuan lainnya, seperti: kemampuan memahami fakta; kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan, kemampuan evaluasi dan kemampuan analisis]

Ability to fact [kemampuan memahami fakta];
Jika kemampuan ini telah ada pada diri seorang Guru, maka pengalaman empirinya yang akan mengendalikan apakah sesuatu itu yang diterima inderanya memiliki nilai-nilai manfaat. Jika hal itu tidak menjadikan sebuah ancaman bagi dirinya, dan justru memiliki manfaat besar bagi dirinya, maka akan diterimanya.
Apakah Pembelajaran Bermakna itu, sebuah ancaman bagi eksistensi profesi, atau justru itu membantu Guru ?. Kemampuan inilah yang mengendalikannya.


  • Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena fakta telah menunjukkan eksistensinya

Ability to basic knowledge [kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan]
Guru hampir semuanya telah memiliki kemampuan ini, tidak ada seorang pun yang mengatakan tidak. Semua Guru telah memilikinya, telah menyadarinya, dan merupakan bagian dari profesinya.
“Jika” selalu diikuti “Maka”. Jika seorang Guru enggan mengubah paradigmanya, maka akan disisihkan oleh zaman.
Hadirnya pengetahuan baru, model pembelajaran baru, tidak harus ditunggu, tapi diantisipasi.


  • Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena pengetahuan telah mengawalnya.

Ability to evaluation [kemampuan mengevaluasi]
Kemampuan ini adalah, bagian yang melekat pada profesi Guru. Setiap berpikir bertindak, dan berperilaku selalu mengedepankan kemampuan ini. Tentunya ketika menjalankan profesinya, seorang Guru selalu memberikan pertimbangan akan manfaat, dan keruginya. Menimbang kemungkinan risiko yang dihadapinya. Hadirnya model pembelajaran baru, hampir dipastikan merupakan “rekayasa nilai-nilai” [reengineering] atas model pembelajaran yang lama.


  • Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, tidak perlu diragukan lagi, karena merupakan rekayasa nilai-nilai atau metode yang mendahuluinya.

Ability to Analysis [kemampuan analisa]
Merupakan kemampuan dalam mengurai permasalahan secara detil, dan menggunakan berbagai dimensi ketika memandang sesuatu masalah. Guru sadar atau tidak telah lama memiliki dan menggunakannya. Guru setiap menjalankan profesinya, selalu melakukan tahapan ini. Bahkan Guru-guru telah lama melakukan Penelitian Tindakan Kelas [PTK], jauh sebelum PTK se-populer saat ini. Saat ini PTK populernya hampir menyamai seorang artis seperti Kridayanti. Namun Guru tidak mampu menuliskannya, kedalam bahasa tulis ilmiah.
Kalau di analisa lebih tajam, sebenarnya Guru-guru telah lama mengaplikasikan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan zamanya, termasuk metode pembelajaran bermakna. Namun Guru masih ragu apakah yang dilakukan itu telah memenuhi kaidah bermakna.


  • Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus diterima, karena yang sebenarnya Guru-guru telah lama melakukannya, tetapi ada keraguan apakah yang dilukukan itu, Pembelajaran yang bermakna.

Ability to response [Kemampuan menaggapi]
Adalah kemampuan yang muncul, akibat kemampuan-kemampuan lainnya, seperti: kemampuan memahami fakta; kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan, kemampuan evaluasi dan kemampuan analisis.
Bagi profesi seorang Guru, kemampuan managgapai adalah citra diri dalam melihat dirinya [self image].

Detilnya antara lain:

  1. Kemampuan dalam memahami kompetensi [competency]
  2. Kemampuan untuk meciptakan visi [Vision] sebagi harapan dan cita-cita
  3. Kemampuan untuk memberikan makna pada hidupnya yang diwujudkan dalam bentuk pemaknaan misi [Mission] hidupnya
  4. Kemamuan menggunkan kompetensinya untuk mewujudkan visi dan misinya dalam bentuk strategi yang dijalankan
  5. Kemampuan menterjemahkan strategi sebagai aksi.
  6. Hadirnya Pembelajaran Bermakna, harus respon secara positif, karena kompetensi Guru, yang didalamnya menggambarkan Visi, Misi, Startegi, dan Aksi. Semuanya adalah bagian dari kekuatan atau potensi profesi.

    MENGAPA PEMBELAJARAN BERMAKNA

Kita diingatkan oleh adigium yang dibangun dari reklame minuman.
Pertama: Kapan saja, Dimana, saja “Minum” Metode Pembelajaran Bermakna
Kedua: Apapun “makanan” model pembelajarannya , “minumnya” model pembelajaran bermakna.
Tapi mengapa model pembelajaran bermakna ?
Tentunya harus dikembalikan pada fakta sebenarnya, karena jika dilacak sebuah pembelajaran harus diindikasikan pada tingkatan yang kondusif, menyenangkan, dan kontekstual.
Mencuplik dari buku “Menggagas Pendidikan Bermakna”, buah pikir Prof. Muchlas Samani, bahwa apapun model pembelajaran, maka harus bermakna [meaningful learning]. David Ausubel, adalah seorang orang ahli psikologi pendidikan, menurut Ausubel [1966] bahan pelajaran yang dipelajari harus “bermakna’ [meaning full]. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah sipelajari dan dingat siswa.
Suparno [1997] mengatakan, pembelajaran bermakna adalah suatu proses pembelajaran dimana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seorang-orang yang sedang dalam proses pembelajaan. Pembelajaran bermakan terjadi bila siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, pelajaran harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimilki siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, factor intelektual emosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran bermakna, adalah pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran yang menyenangkan, akan memiliki keunggulan dalam meraup segenap informasi secara utuh, konsekuensi akhirnya adalah meningkatkan kemampuan siswa.
Anlogi seperti yang ditulis oleh Taufiq Pasiak, dalam penelitiannya terhapad tikus yang mendapat perlakuan penekanan[stressor] dan tikus yang enjoy [tanpa stressor]. Hasil penelitian menujukkan bahwa intervensi dari luar [berupa stressor] akan mengubah struktur otak , terutama pada kadar reseptor dan neurotransmitter. Ringkasanya perlakuan stresoor [tidak] menyenangkan akan menurunkan kemampuan tangkapannya.
Sejalan dari pemikiran itu Bobbi DePorter, mengenalkan lompatan pembelajaran yang menyegarkan dan menyenangkan. Dengan mengubah energi potensial siswa menjadi cahaya, menjadikan semuanya bermakna. Oleh karenanya motede pembelajaran yang dikreasi Bobbi, memberikan jargon, T-A-N-D-U-R dan AMBAK.
Berikut kerangka rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR



  1. TUMBUHKAN. Tumbuh- kan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat BAgiKU “ (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar
  2. ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar
  3. NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”
  4. DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”
  5. ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
  6. RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.

KAPAN KITA MENGGUNAKAN

Revolusi cara belajar mengubah segalannya, ketika citarasa yang menyenangkan menjadi atmosfir pembelajaran bermakna. Maka ketika menerapkaj harus tetap memperhatikan kaidah-kaidah tertentu. “Warung Jamu”, adalah sebuah kaidah yang merupakan kepanjangan dari WAktu-RUaNG-JumlAh dan MUtu. Makna Warung Jamu adalah dimennsi ukur yang harus diperhatikan, ketika seorang Guru melakukan pembelajaran.



  • Kapan [waktu], kita melalukan pembelajaran
  • Pada rentangan bagaimana atau pada kondisi yang bagaimana [ruang], kita melakukan pembelajaran
  • Kuantitas audience [jumlah]
  • Kualitas yang diharapkan [mutu]

Sejalan dengan kaidah tersebut, kita diingatkan pula dengan kaidah “ABCD” –[Audience, Behavior, Condition and Degree]. Kaidah inilah, bagaikan bintang pengarah para guru untuk memilih metode pembelajaran yang EER[ Efektif, Efisien dan Rasional].
Saat ini terjadi revolusi pembelajaran, yang mengenarasi banyak metode pembelajaran, namun kita dicermati adalah berubahnya paradigma pembelajaran. Dari Guru sebagai pusat pembelajaran, atau semuanya sangat ditentutkan dari atas “driver company”, menuju pembelajaran yang memberikan ruang gerak secara utuh dan menyeluruh pada siswanya “driver customer”. Paradigma inilah yang menuntut setiap Guru untuk cermat dalam memilih metode pembelajaran. Tentunya metode pembelajaran Bermakna

PUSTAKA PEMBERI NUANSA:
  • Barbara K. Given [2007]. Brain Based Teaching [Merancang Kegiatan Belajar Mengajar yang Melibatkan Otak Emotional, Sosial, Kognitif, Kinetetis, dan Reflektif]. Penerbit Kaifa Bandung.
  • Ijoni [2007]. Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Penerbit Alfabeta Bandung.
  • Muchlas Samani [2007]. Pendidikan Bermakna: integrasi Life Skill-KBK-CTL-MBS, Penerbit SIC Surabaya
  • Suprano,P.[1997]. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Penerbit Kanisius Yogyakarta.
  • Yosi Novian dan Faqih Syarif [2008]. Quantum Quotient, Learning Behavior, Ability To Respones & Training, PT Jaya Pustaka Media Utama, Surabaya

Monday, April 14, 2008

GURU HARUS DIPOMPA


Pada umumnya, Guru tidak tahu apa yang mereka inginkan. Mereka hanya tahu bahwa mereka ingin “kaya”,”sukses”, atau “sejahtera” tapi tidak pernah benar-benar merenungkan untuk apa sebenarnya arti kata-kata tersebut bagi mereka. Padahal Guru yang tidak yakin bahwa tujuannya akan tercapai, sebenarnya telah jatuh sebelum melangkah.
Formula PLUS” sebagai jawaban, agar guru berada di ranah sukses, kaya dan sejahtera, yakni:


  • Percaya

  • Loyalitas

  • Ulet

  • Sikap mental posistif.

Untuk memasukinya, maka percaya diri harus disemangati, agitasi diri adalah solusi pasti. Tawar menawar adalah langkah yang hambar, bahkan akan merusak rasa percauya itu. Ketika anda mengagitasi diri, ada suatu pertanyaan, sudahkah Anda siap, yakni siap berubah. Karena perubahan tidak dimulai dari orang lain, tapi dari dalam diri Anda sendiri. Dan ingat, jadilah diri anda sendiri, lakukan pemberdayaan dan berkembanglah dengan potensi terbaik anda.


Ubahlah dari “To Have” Ke “To Be” [ memiliki menuju menjadi]



  • To Have: Adalah suatu gagasan atau pola pikir seorang-orang yang cenderung mengutamakan pada kebutuhan materi

  • To Be : Adalah suatu gagasan atau pola pikir seorang-orang yang cenderung pada nilai-nilai non materi

Kuadran Guru:


Anda saat ini pada posisi di mana?
GURU PEKERJA ?
GURU PROFESIONAL
GURU PEMILIK ?
GURU PERANCANG ?


GURU PEKERJA:
Jika Anda dalam menunaikan tugas sebatas melaksanakan pekerjaan
GURU PROFESIONAL:
Memiliki profesionalitas [keahlian, tanggung jawab dan kesejawatan/jiwa korsa]
GURU PEMILIK:
Jika Anda memposisikan diri menjadi intelektual dan mampu mengendalikan sistem
GURU PERANCANG:
Jika Anda dalam lingkup pekerjaan, memahami makna profesi, memiliki visi dan merancang pengajarannya secara hidup, merubah energi menjadi cahaya.


Apakah Anda termasuk Guru Kaya ?


Guru Kaya :


  • Bila seorang Guru memiliki cara pandang bahwa jabatan Guru itu adalah “profesi’, karenanya senantiasa harus dilatih keahliannya sehingga melahirkan sosok Guru pemilik dan Guru Perancang
  • Bila seorang Guru memiliki pola hubungan [interaksi] khusus dengan siswa/ murid yang mengedepankan sikap proaktif dan mentalitas yang kaya [WIN-WIN SOLUTION]
  • Bila seorang Guru Melakukan proses pembelajaran yang senantiasa tidak mematikan potensi siswa dan terkait antara dunia pengajaran dengan dunia realitas. Guru yang melakukan proses ini disebut [GURU BEOFILI]
  • Bila seorang Guru senantiasa belajar dengan mensinergikan otak kiri dan otak kanan, pancaindera dan hatinya untuk memperoleh sumber ilmu yang hakiki. Guru yang memperoleh sumber ilmunya sebagai mata air ini disebut [ GURU BERHATI BINTANG ]

BAGAIMANA GURU MENJADI KAYA?

  • Bangunlah pribadimu demikian hebat dan jayanya, hingga bila Tuhan menentukan takdir bagimu. Sudilah Tuhan bermusyawarah denganmu dulu, apakah kehendakmu sebenarnya
  • Tingkatkan kualitas iman; pola pikir; proses pembelajaran ; proses hasil dan pembelajaran kualitas hidup pribadi

INGAT :


Sudah saatnya Anda Kembangkan Kebiasaan Baru:



  1. Perbaiki dan rawatlah hubungan Anda dengan para sejawat dan murid dalam koridor positif
  2. Bangun hubungan baru dengan 1 atau 2 rekan kerja baru setiap hari
  3. Bersikap terbuka terhadap lingkungan rumah, sekolah dan orang lain
  4. Ciptakan lingkaran pengaruh sebesar mungkin
  5. Belajarlah dalam suasana yang terkendali dan peka secara emosi
  6. Pelajari ketrampilan empati dan kepekaan emosi
  7. Hargai selalu perbedaan dengan orang lain dengan tetap menebarkan kebahagiaan
  8. Membaca buku dan menulis secara kreatif
  9. Mengembangkan hobi tertentu yang memberi suasana rileks
  10. Menulis puisi, lagu dan kata-kata bijak
  11. Membangun kerjasama proaktif dan lingkaran positif
  12. Belajar saecara mandiri dan melanjutkan studi yang memberikan hal-hal baru dan tantangan
  13. Tinjau ulang, temukan dan ciptakan visi pembelajaran dan hidup Anda
  14. Perhatikan, dengarkan dan amati tanda-tanda alam
  15. Pelajari karya-karya sastra agung, hargai musik dan seni
  16. Lakukan kegiatan ritual, itikaf, dzikir, dan kegiatan-kegiatan keagamaan
  17. Tumbuhkan kebiasaan hidup sebagai pribadi kaya.

GURU KETIKA MENGHADAPI MASALAH

JADILAH PEMENANG DAN JANGAN JADI PENCUNDANG

INGAT !

  1. pemenang melihat masalah selalu ada penyelesaiannya, dan Sang pecundang senantiasa melihat ada masalah dalam setiap persoalan yang diatasinya
  2. 99% kegagalan berasal dari seorang-orang yang pandai membuat alasan
  3. Jangan berbohong meski terhadap hal-hal kecil, karena kebohongan kecil membutuhkan alasan-alasan kebohongan yang lain

[Sebagian besar diambil dari buku Pumping Teaching]---Yang Benar buku "Pumping Teacher"

TAHU POO [bahan TAyangan kHUsus dalam bentuk POwer pOint]

Jika Anda berminat bahan tayang dalam format power point, klik ; Pumping

ADA KOMENTAR YANG TULUS, TENTUNYA KAFE TIDAK MEMBERANGUS, LANGSUNG DITEBUS: Terima Kasih

Ass, Bapak yang baik, terimakasih sudah menjadikan buku kami sebagai referensi bapak. Judul bukunya bukan Pumping Teaching tapi Pumping Teacher karya Amir Tengku Ramly dan Erlin Trisyulianti, Salam, Mks, sukses selalu
2008 Juni 5 23:40

Wednesday, April 9, 2008

PENULISAN MODUL SEBAGAI BAHAN AJAR

PENULISAN MODUL SEBAGAI BAHAN AJAR


Disampaikan pada Workshop Penulisan Bahan Ajar:
TARGET-OUT BOUND
OLEH: DJOKO ADI WALUJO
[Tulisan ini merupakan resensi singkat dari dua buku:
1. How to Write , Your Own Text Book Cara Cepat dan Asyik Membuat Buku Ajar yang Powerful
Oleh R. Masri Sareb Putra.
Jurus Maut Menulis & Menerbitkan Buku
oleh : M.Hariwijaya]


Ada lebih banyak harta yang terkandung di dalam buku ketimbang seluruh jarahan bajak laut yang disimpan di Pulau Harta.Walt Disney




PENGANTAR

Sebagai seorang profesional Guru dituntut untuk mampu memberikan pengabdiannya secara utuh, yakni segenap kemampuan dalam mentsransfer berbagai informasi berwujud pengetahuan. Proses menginduksi berbagai pengalaman untuk dituangkan ke dalam tulisan, adalah kegiatan bermanfaat yang sangat diharapkan. Hanya melalui pengalaman itu, akan menghasilkan temuan-temuan, yang dekat dengan dunianya. Menulis buku adalah kekayaan mental intelektual dan akal budi manusia, yang di sinilah membedakan antara manusia dan binatang. [jangan imaknai orang yang enggan menulis sejajar dengan binatang].
Buah pikir Rene Descartes ”Cogito ergo sum” ,karena aku berpikir aku ada, dikonversi menjadi: Dengan buku seorang Guru menjadi ada dan mensejarah.
Namun kenyataan yang terjadi adalah, keengganan seorang Guru dalam melakukan aktivitas ini, pemicunya adalah sebuah alasan yang klasik, yakni sibuk atau kegiatan lain yang menumpuk.
Sebenarnya menulis buku itu, tidakalah sulit. Hindari mitos ”sulit” .
Menulis itu gampang. Benar Gampang! Itulah simpulan seorang Arswendo Atmowiloto. Menulis itu tidak memerlukan bakat, sebagaimana yang dikatakan Among Kurnia Ebo, wartawan nasional dari terbitan terkenal di Indonesia.
Mitos harus dibongkar di benak kita, alihkan kesebuah pikiran cerdik Norman Vincent Peale. ”You Can if you think you can”, anda bisa jika pikiran anda menyatakan biasa.



MANFAAT MANULIS BUKU:

Pertama, Anda mendapat kepuasan Jiwa karena telah menuangkan gagasan kreatif. Kepuasan menulis identik dengan seorang pelukis yang telah merampungkan karya besarnya. Jiwa terasa penuh dengan kepuasan dan kebanggaan.
Kedua, Anda mendapatkan nama baik dan dikenal luas oleh publik. Dengan munculnya nama Anda berulang-ulang baik di Media massa maupun di dunia buku, maka Anda akan diingat seumur hidup
Ketiga, mendukung dan memperkuata citra profesi Anda.
Keempat, tajamnya tulisan Nada dapat menggetarkan dinding-dinding kekuasaan yang angkuh dan merobohkan tembok keangkuhan.
Kelima, jira kita kembali kepangkuan Ilahi, tulisan kita akan tetap hidup dan api semangat yang kita kobarkan tetap tertanam di lubuk hati para pembaca.



4- FAKTOR PENGAHAMBAT


Hambatan paling klasik yang menjadi alasan para Guru adalah masalah waktu. Sebenarnya banyak diantara Guru yang memiliki potensi dan motivasi untuk menorehkan buah pikirnya dalam bentuk buku. Tapi pada umumnya mereka dihantui oleh beberapa pandangannya sendiri, sehingga ”phobia” yang lebih melekat pada diri seorang Guru, dibandingkan dengan daya picu untuk maju.
R. Masri Sareb Putra, seorang-orang mantan promotion manager PT Grasindo, dan mantan managing Penerbit Indeks, Kelompok Gramedia , menutur beberapa jenis ”phobia’ yang sering hadir dalam diri orang. Yakni:


  1. Demophopbia [ a fear of people (Audience) ].
    Demophopbia adalah ketakutan akan khalayak yang akan membaca tulisan kita nantinya. Belum menulis kita sudah dihantui oleh perasaan ini. Jika hal ini terjadi, selamanya kita tidak pernah menjadi penulis.

  2. Laliophobia [ a fear os spesking (I can’t write them down with my own words!)]
    Laliophobia adalah ketakutan akan tidak kemampuan mengungkapkan/menulis pikiran [hati] Anda ke dalam tulisan

  3. Katagelophobia [ a fear ridicule]
    Katagelophobia adalah ketakutan diejek/dicemooh, hal ini wajar terjadi manakala seorang-orang tersebut memiliki personality yang perfeksionis. Padahal, tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini. Yang terpenting adalah kesungguhan, saat Anda merasa demikian, pastikan segera untuk menulis.

  4. Moneyphobia [ a fear of find nothing from writing]
    Moneyphopia adalah ketakutan yang muncul pada seorang-orang yang memiliki orientasi setiap kegiatan diukur dengan uang. Pada hal menulis adalah investasi jangka panjang yang tuidak bias langsung “cash cow"


INSPIRASI PENGUGAH

Inspirasi adalah sebuah energi yang dapat dirubah menjadi cahaya, demikian kata Debbi Porter, penggagas Quantum Leraning dan Quantum Teaching.
Jika sebuah mesin bergerak karena BBM, maka penulis bergerak karena inspirasi.
Berikut Inspirasi yang menggugah anda:


  • Ketika kamu terilhami suatu tujuan mulia, suatu proyek yang luar biasa, pikiranmu akan menerjkang berbagai pembatasnya. Pikiranmu akan menembus keterbatasan; kesadaranmu akan meluas ke segala arah dan kamu akan menemukan dirimu berada di dunia yang baru yang luar biasa dan mengangumkan [YogasutradariPatanjali]

  • Ada keajaiban dalam antusiasme dia membedakan antara orang kebanyakan dengan orang sukses [Normas V. Pale]

  • Menulis bukan masalah bakat. Menulis hanya masalah kemauan. Saat Anda menulis, tenggelam saja dalamapa yang Anda tuliskan. Jangan terlalu memikirkan teori menulis. Mulailah menulis dari apa saja yang terpikir dari benak Anda.

  • Kesusesan telah separuh dimenangkan saat seorang-orang telah memilki kebiasaan menetukan tujuan dan meraihnya. [Og Madino]

KUALITAS BAHAN AJAR
(O'Meara, 2000)




  1. Indikator format
  2. Indikator konsep
  3. Indikator bahasa
  4. Indikator ilustrasi

Indikator format :


  • Setiap seksi/bagian dapat teridentifikasi secara jelas.

  • Sistem penomoran jelas.

  • Terdapat keseimbangan antara teks dan ilustrasi.

  • Secara visual, bahan ajar menarik untuk dibaca.

  • Tata letak (teks dan ilustrasi) sistematis.Ukuran fisik bahan ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik

Indikator konsep:



  • Konsep/materi bahan ajar ditulis secara akurat.

  • Konsep dikelompokan secara logis.

  • Tiap kelompok konsep visibel untuk dicapai.

  • Konsep relevan dengan kurikulum.

  • Konsep terkait dengan materi terdahulu.

  • Tidak bias (gender, etnis, religi, geografi, budaya, dll.)

Indikator bahasa :



  • Menggunakan tata bahasa yang benar.
  • Mengunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan mental peserta didik.
  • Setiap terminologi didefinisikan secara jelas.
  • Menggunakan struktur kalimat yang sederhana dan jelas.
  • Petunjuk-petunjuk ditulis secara jelas.

Indikator ilustrasi :


  • Ilustrasi mendukung pemahaman konsep.
  • Terkait langsung dengan konsep yang tertulis pada teks.
  • Secara visual ilustrasi menarik.
  • Jelas.
  • Mudah dipahami.
  • Tidak bias (gender, budaya, etnis, agama, dsb).



PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
[4D MODEL]



  • Define insturctional requirements [Definisikan instruksional yang diharapkan]
  • Design prototyipe instrusional mater [Rancang prototipe bahan instrutional]
  • Develop Trainee and reliable instructional matereial [Kembangkan peserta pelatihan dengan bahan instruktional yang reliable]
  • Disseminate Instructional material among special educational teacher training programs [Deseminasikan antara bahan instruksional dengan spesialisasi pendudikan pengajar]

KOMPONEN UTAMA MODUL


  • Pendahuluan
  • Tujuan Pembelajaran
  • Pra-asesmen
  • Pengalaman Belajar
  • Sumber Bahan Pembelajaran
  • Post aseesmen

KARAKTERISTIK MODUL

  • self-contained,
  • typically individualized,
  • complete package, dan
  • includes learning experiences, objectives, and assessment.

FORMAT MODUL YANG SESUAI DENGAN KTSP

  1. Halaman Judul
  2. Kata Pengantar
  3. Deskripsi
  4. Peta Kedudukan Modul
  5. Prasyarat
  6. Daftar Isi
  7. Peristilahan/Glossary
  8. Petunjuk Penggunaan Modul
  9. Tujuan
  10. Kegiatan Belajar 1, 2, 3, ke- n
  11. Lembar Kunci Jawaban
  12. Daftar Pustaka


BAGAN PENGEMBANGAN MODUL



Tuesday, April 1, 2008

EVALUASI KURIKULUM DALAM MENYONSONG KTSP

EVALUASI KURIKULUM DALAM
MENYONSONG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Oleh : djoko adi walujo

PENGANTAR
Kurikulum saat ini perannya sangat strategis, mulai sebagai pedoman dalam pelaksanakan akademis, hingga sebagai sarana persaingan. Akibat peran yang strategis ini memungkinkan kurikulum untuk dijadikan sentra pencermatan. Sisi lain akibat kemajuan teknologi yang tidak mungkin dibendung sehingga kurikulum sering mati muda, artinya kurikulum membuat dirinya selalu tertingal jauh dengan realitas sosial, sehingga gap antara printed curriculum dengan real curriculum sulit dihindari.
Berubahnya pradigma baru dari paradigma kurikulum yang dikendalikan oleh institusi sekolahp [driver instution/driven school] menuju kurikulum atas keinginan para pemakainya [driver customer]. Kenyataan ini memungkinkan keterlibatan semua pihak [stakeholder] dalam menetapkan isi arah kebijakan pembuatan kurikulum yang acap kali di kenal dengan neeed assesment. Dinamika perkembangan juga merupakan variabel yang tidak boleh diabaikan, inilah yang memungkin kurikulum harus di evaluasi secara cermat dan cerdas. Namun demikian siapakah yang harus melakukan evaluasi, dan mekanisme apa saja yang harus dijadikan indikatornya inilah titik pencermatan dalam pelatihan ini.

MENGAPA EVALUASI
Meminjam buah pikir dari Audery dan Hovard Nicholls dalam bukunya yang berjudul Developing Curriculum : A Practical Guide 1978, menyatakan bahwa sebuah kurikulum harus tidak boleh retan adanya revisi apalagi adanya keinginan memproteksi, sisi lain terkait dengan makin ketatnya persaingan antar perguruan tinggi dalam membangun keunggulan komparatif dan keunggulan kempetitif. Keunggulan daya kompetitif yang dibangun biasanya diarahkan kepada pengembangan keunggulan dari visi program studi, sebagai gugus terdepan perguruan tinggi.
Visi program studi inilah yang dapat dijadikan daya tarik, sehingga memungkinkan calon mahasiswa memilih program studi sesuai dengan minat dan yang dicita-citakan.
Untuk memandu dalam mendekatkan penyusunan visi program studi perlu diperhatikan serangkaian pertanyaan berikut :

  1. Apakah kekhasan dari program studi dikaitkan dengan kurikulum kita?
  2. Nilai [values] apa yang dianut oleh program studi?
  3. Bagaimana nilai tersebut dapat memberikan arah kurikulum kita kemasa depan yang menjadi perioritas program studi?
  4. Apakah kebutuhan stakeholder yang dapat diberikan/dipenuhi oleh program studi terkait dengan kurikulum yang kita rancang?
  5. Apa yang dapat dijadikan jaminan oleh program studi [khususnya yang terkait dengan kurikulum] agar program studi tetap memiliki komitmen pada visinya
  6. Apakah jaminan tersebut dapat diandalkan /[reliable]
DARI DRIVER INSTITUTION KE DRIVER CUSTOMER
Ketika paradigma berubah dalam memandang kurikulum, semula meletakkan institusi/universitas merupakan penentu segalanya, kini berbalik customer dalam hal ini penguna adalah sumber inspirasi yang harus dikuti. Inilah yang memungkinkan dalam merancang kurikulum melibatkan pihak yang berkepentingan yakni stakeholders terdiri dari mahasiswa, orangtua mahasiswa,dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang. Paradigma ini akhirnya mensyaratkan sebuah kurikulum harus memenuhi kebutuhan stakeholder, yang dalam pencermatan sebuah kurikulum yakni tereliminasinya gap, yang memberikan jarak antara relevansi kompetensi lulusan dengan kebutuhan stakeholders.
Kompetensi relevan yang dibutuhkan oleh stakeholders dicapai hanya melalui kurikulum yang memenuhi dinamika perkembangan tekonologi dan seni. Artinya dalam menetapkan kurikulum yang memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan , tidak dilakukan oleh pihak program studi sendiri secara internal, namun harus dilakukan melalui proses penetapan yang melibatkan stakeholders.
Langkah awal yang acapkali dilakukan adalah sebuah kegiatan yang amat sederhana dengan mengundang berbagai komponen stakeholders untuk memberikan masukkan. Lebih lanjut juga dapat dilakukan dengan model pelacakkan [studi sinyal pasar] kompetensi yang dibutuhkan. Untuk membantu memastikan bahwa proses pelacakan kebutuhan stakeholders telah memenuhi kebutuhan minimal, perlu diperiksa diantaranya adalah :

  1. Apakah sudah dikumpulkan berbagai kompetensi yang dibutuhkan stakeholders;
  2. Apakah unsur-unsur stakeholders yang minimal [pemakai/user, masyarakat, pemerintah, asosiasi profesi, dll] sudah diikut sertakan ?
  3. Bagaimana tingkat kepuasan stakeholders dalam menggunakan lulusan?

KONSEP PENJAMINAN MUTU:

Sekolah sebagai institusi pendidikan dinyatakan bermutu atau kerkualitas, jika :
Sekolah tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya [amanat KTSP

  • Aspek deduktif

Sekolah sebagai institusi tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholders

  • Aspek induktif :
  1. kebutuhan masyarakat [societal needs]
  2. kebutuhan dunia kerja [industrial needs]
  3. kebutuhan professional [professional needs]

EVALUASI MELALUI BENCHMARKING

Dalam melakukan evaluasi kurikulum dapat pula dilakukan melalui benchmarking, dengan bencmarking ini akan kita kita lakukan pembandingan efektivitas, efesiensi, kualiatas atau produktivitas sebuah kurikulum. Dalam melaksanakan bencmarking sedikitnya ada dua manfaat yang kita raih, diantarannya adalah :

  1. Benchmarking ditujukan langsung pada peningkatan efesiensi, efektivitas, kualitas dan produktivitas.
  2. Mengarah pada suatu reorientasi budaya menuju pembelajaran [learning], perbaikan yang selanjutnya mengarah ke suatu proses pengembangan keunggulan.
    Dalam mencapai keunggulan ini pada hakikatnya sangat tergantung pada tingkat keluasan pandangan kita, makin luas cakrawala pandang, semakin unggul dalam penyampaian.
    Secara analisis bencmarking dapat dibedakan menjadi tiga kategori:
  • Benchmarking intern [internal benchmarking] berhubungan dengan perbandingan yang dibuat dalam organisasi yang sama/se level, antar program studi dalam ligkup perguruan tinggi.
  • Benchmarking ekstern [external benchmarking] membuat perbandingan dengan kegiatan yang sama dengan perguruan tinggi yang lain.
  • Benchmarking fungsional [funcional benchmarking] adalah kategori yang ketiga dan yang mungkin paling menarik. Pembanding dibuat antara fungsi dengan proses yang berlainan. Ide dasarnya adalah mencari keunggulan di manapun dijumpai

Di antara ketiga kategori tersebut yang dipilih sangat tergantung pada situasi dan dimana Benchmark terbaik dijumpai. Berikut tabel yang menunjukkan jika kita melakukan benchmark.

KONSEP BECNHMARKING

  • Tidak berangkat dari pikiran yang kosong, kita harus memiliki, konsep atau produk terlebih dahulu
  • Tujuan utama mencapai keunggulanCari Benchmark yang MENDUNIA
  • Kegiatan kehendak proaktif

[Ingin tahu lebih detail] Klik EVALUASI KURIKULUM