Google

Thursday, July 11, 2013

JAWA TIMUR BAROMETER PENDIDIKAN INDONESIA



JAWA TIMUR BAROMETER PENDIDIKAN INDONESIA
Djoko Adi Walujo
Di
sampaikan pada acara Talkshow
JAWA POS CAMPUS EXPO 2013

PENGANTAR
         Barangkali terlalu “narsis” kalau tiba-tiba dikatakan Jawa Timur menjadi barometer pendidikan di Indonesia. Namun kalau ini hanya sebuah “title”  Talk Show, barangkali sah-sah saja, karena sebuah gagasan yang dilempar di publik tidak rentan akan sanggahan, atau mungkin justru menstimuli munculnya opini, baik yang mendukung maupun yang menegasi. Di ruang publik semacam ini akan menyemaikan sebuah gagasan, yang semula hanya merupakan harapan, akan berwujud kenyataan




Semoga Jawa Timur menjadi Barometer Pendidikan di Indonesia.

MENAKAR PENDIDIKAN
SEBAGAI BAROMETER
       Banyak parameter yang digunakan mengukur sebuah keberhasilan pendidikan. Ada menakar,  yang berangkat dari “kuantita”, apa pula yang memulai dari “kualita”.  Sesungguhnya pendidikan itu dinilai dari kualita bukan kuantita, namun di negeri ini yang kerap diacu adalah kuntita.
Sesungguhnya kuantita itu hanya akan benar ketika dihadapkankan pada ranah yang berlabel “percepatan dan pemerataan”, namun sifatnya seperti “mass production” ---produk masa. Jika menakar didasarkan pada kualita, maka tidak serta merta akan menghasilakan sesuatu yang bersifat masal.
          Pandangan saya Propinsi Jawa Timur melakukan  konvergensi antara “kuantita” dan ”kualita”.
           Terkait dengan judul Talk Show saya ingin memberikan  rasional, bahwa pendidikan itu sesungguhnya  merupakan proses, sehingga jika kita memaksakan diri sebagai propinsi, yang meletakkan dirinya sebagai propinsi barometer pendidikan, maka yang harus dilakukan adalah selalu mengedepankan Quality Improvement.
       
          Meminjam istilah “Kaizen”, sesungguhnya kualitas itu tercapai karena melakukan continues improvement  atau yang sering diberikan sebutan dengan perbaikan terus menerus, lalu akan berlabuh pada ranah total quality (kualitas total). Nah inilah yang dapat digunakan sebagai dimensi ukur bahwa Jawa Timur sangat prospektif menjadi Barometer Pendidkan. Artinya bahwa Propinsi Jawa Timur itu selalu memiliki peluang untuk menjadikan dirinya sebagai barometer.
         Barometer itu tidak hanya sebagi ukuran saja, tetapi ketika menjadi barometer harus memiliki kesedian menjadi “ laboratorium” atau setidaknya etales contoh keberhasilan. Bersedia dijadikan Bechmarking atau patok duga bagi propinsi lainnya.

MENGAPA JAWA TIMUR PROSPEKTIF
    Indikator yang lazim digunakan didunia ini, jika suatu wilayah memiliki pertumbuhan ekonomi yang mantap, maka pendidikan akan bersemai. Kemajuan pendidkan mempunyai korelasi yang significant dengan kemajuan pendidikan. Ada sebuah adigium yang menyatakan bahwa: “kaya nalar, kaya hati, selalu berakhir pada kaya materi”. Jawa Timur memiliki indikasi ini.
       Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada pada 2012 sebesar 7,27 persen, lebih baik dibanding 2011 sebesar 7,22 persen. Pencapaian ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara nasional yang pada 2012 sebesar 6,23 persen.  Jika Jawa Timur pertumbuhan ekonominya lebih tinggi di atas pertumbuhan ekonomi nasional, maka secara transitif dapat dikatakan bahwa pendidkan juga menempati barometer itu.
     Logika transitif, jika pertubuhan ekonomi yang baik, akan berkorelasi dengan tingkat kemajuan pendidikan, bukan hal yang mengada-ada. Realitas empiri menunjukkan ketika dua raksasa ekonomi dunia, “CINDIA” – China dan India mengalamai mega pertubuhan ekonomi, pendidikan di kedua negara itu sangat baik dan dapat dijadikan barometer, hingga saat ini.

PERHATIAN JAWA TIMUR PADA PENDIDIKAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Terdapat indikasi yang bersandar pada “kecerdasan emosi”. Sebuah tindakan cerdas pada policy pemerintah terkait dengan pendidikan, jika perhatian kepada anak berkebutuhan khusus sangat tinggi. Bahkan kota akan menjadi kota  hospitable city” atau “amiable city  atau kota yang ramah dan baik hati,  jika dan jika infra strutur yang ada dilengkapi untuk orang-orang berkebutuhan khusus.  Apabila hal ini diterapkan di  kota dan   

kabupaten di Jawa Timur, maka dapat di justifikasi bahwa, propinsi ini sangat educated.
Kemudian indikasi lain adalah terkait dengan tersedianya banyak  sekolah yang diperuntukkan kepada orang-orang disabilities- difabel (berkebutuhan khusus). Di Propinsi Jawa Timur  ada sekitar 406 sekolah SLB- Sekolah Luar Biasa. Khusus jumlah sekolah untuk anak berkebutuhan khusus Jawa Timur urutan pertama, selanjutnya diikuti oleh Jawa Barat (368), Jawa Tengah (150) dan   DKI Jakarta (93).


PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
       Pernah juga stigma negatif jatuh di Propinsi Jawa Timur, yakni banyaknya buta aksara berada di Propinsi ini.
        Dalam data yang dirilis Kemendikbud  disebutkan, bahwa sampai akhir Desember 2011, penduduk Indonesia yang buta huruf berjumlah 6,7 juta orang. Dari jumlah itu, Provinsi Jawa Timur berada di urutan pertama. Sekitar 1,5 juta penduduknya buta huruf. Provinsi Jawa Tengah menempati rangking kedua, dengan jumlah penduduknya yang buta huruf sebanyak 986 ribu orang. Namun demikian ada juga yang kurang sepakat atas penilaian ini. Dr, Akhmad Muzaki dosen IAIN Sunan Apel yang juga pembesar Yayasan Ma’arief  Propinsi Jawa Timur.  Mengatakan bahwa dasar penilaian yang digunakan hanya buta aksara latin adalah kurang tepat. Seharusnya melek huruf Arab harus dijadikan indikator. Kenyataan,  banyak buta aksara latin ditemukan di wilayah Pantura (pantai utara),  namun mereka adalah orang-orang yang melek huruf Arab.
      Kemudian apa yang ditatap oleh pemerintah Jawa Timur atas stigma negartif itu?
Antsipasi cepat dilakukan dengan melibatkan semua kompenen, untuik maksud menekan angka buta aksara itu.  Kerja keras itu selanjutnya berbuah dan Jawa Timur memberikan andilnya kepada pemerintah pusat, sehingga memeroleh “King Sejong Literacy Prize’,  sebuah penghargaan bergensi dalam menciptakan melek huruf.

BAGAIMANA DENGAN  
PERGURUAN TINGGI DI JAWA TIMUR?
      Harus jujur dikatakan kalau posisi Perguruan Tinggi di Propinsi Jawa Timur berada di “Labia-Barometer” –masih berada di bibirnya barometer.     Sesungguhnya Perguruan Tinggi di Jatim sedang pada wilayah berkembang menuju ke  “kedewasaan” (maturitiy-area).  Indikasi pada Webometrics, lembaga yang memiliki afiliasi dengan Dewan Riset Nasional Spanyol. Terdapat 10 Universitas kategori baik, 2 diantaranya berada di Jawa Timur.
       Dari sisi kuantita, Pergruan tinggi di Jawa Timur dapat dijadikan barometer. Bahwa ada canda jenaka tentang perguruan tinggi swasta di Jawa Timur. Dikatakan  hampir setiap stasiun kereta api di Jawa Timur ada pergruan tinggi. Artinya bahwa dari sisi jumlah PTS, propinsi  Jawa Timur tidak kalah.




DATA JUMLAH PTS
NO
BENTUK PT
∑ Prodi
1
Universitas
929
2
Sekolah Tinggi
382
3
Institut
105
4
Akademi
103
5
Politeknik
40
TOTAL
1559


Kemudian untuk jenis bidang ilmu terdapat 17 varian, terbanyak pada bidang Ilmu teknik (68); Ekonomi (68); dan Hukum (58),......terkecil adalah bidang ilmu Agama fdan Filsafat (1), Seni (2).

MENUJU BAROMETER PENDIDIKAN
     Jika dilihat dari data, maka untuk pendidikan Tinggi di Propinsi Jawa Timur, sangat prospektif untuk bisa menjadi barometer. Tentunya acuannya adalah pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang dahsyat. Jawa Timur sebagai kontributor pertumbuhan ekonomi nasional.
Kita harus mengakui bahwa propinsi ini memiliki kuantita dan kualita sumber daya alam yang berlimpah dengan berbagai variannya. Kemudian ditunjang dengan berbagai infrastukture  yang sudah mapan. Sejatinya Perguruan tinggi di Jatim tidak boleh hanya berperan sebagai komplement, menjadi inti perubahan agar pertumbahan ekonomi  berlangsung terus.


AKADEMI TEMBAKAU
ATAU

Peran apa yang harus dilakukan?SEKOLAH TINGGI KERETA API?
Perguruan tinggi di Jawa Timur harus  mengambil peran dari dimensi akademis, pertama menggelorakan research terkait kondisi geograpik propinsi.  Kedua mengubah paradigma ke arah kearifan lokal. Misalnya, kita mengetahui bahwa Jawa Timur itu menghasilkan tembakau terbaik, bahkan terbaik dunia. Tapi mengapa tidak ada program studi yang mengarah pada pencermatan tembakau? Mungkin ada akademi komunitas tembakau, program studi budidaya tembakau, studi ekonomi kreatif tembakau dll.
         Jika kita melihat infrastrukture yang ada, mulai dari kemaritiman hingga trasnportasi, maka ada yang dapat dikatakan kapasitas terbuang (idle capacity). Di Kota madiun kita mengetahui, di kota berjuluk “kota brem” ini, memiliki industri kereta api, tapi mengapa di Madiun tidak ada Sekolah Tinggi Kereta Api.
Dari sinilah jika dicermati maka Jawa Timur segera mencapai  segalanya.