Kisah perjalanan seorang Guru yang terlanjur menjadi Guru. Kata penulisnya, dulu tak ada niatan menjadi guru, semula berkeinginan menjadi pengacara muslimah. Namun rel kehidupan berkata lain, maka suka atau tidak kini harus bermarkas di domain pendidikan. Tentu dulu juga tak menyangka kalau dunia pendidikan itu juga tak berbeda jauh nilai perjuangannya dengan dunia pengacara, keunikannya beda, tapi daya abdinya mungkin lebih mak nyus di dunia pendidikan.
Hamdiyatur ternyata sanggup menjalani profesi ini, buktinya mampu meronce dan memintal-mintal pengalamannya hingga menjadi buku yang bertajuk : "KELASKU LABORATORIUM KEHIDUPANKU". Buku ini tak sekedar catatan pribadi, namun juga bersiar tentang pengalaman yang patut dirujuk siapa saja, apalagi ladang pekerjaan yang digeluti memiliki rasa yang beda. Sekolah Alam nama markas itu, sekolah yang bercitarasa beda dengan sekolah pada umumnya. Berbagai pengalaman menariknya patut untuk direnungkan siapa saja, utamanya bagi seorang-orang yang cita-cita berbelok-belok. Buku ini cocok dinikmat oleh para calon guru, sehingga siap bekal bila tak ingin terjungkal, Guru itu perlu modal yang lengkap, antara ikhlas, sabar, dan tawakal. Guru harus seimbang NANANYA, antara NAlar dan NAlurinya. Ketika seimbang, maka tak menjalankan profesi itu menjadi ibadah yang berbuah berkah>
Catatan buku ini bisa hadir di Kafe Guru.
Jalannya tidak terlalu berliku, penulis buku ini punya adik yang saat ini anggota pramuka di gugus depan 413 Unesa, di sinilah buku ini berpindah tangan.
1 comment:
Terima kasih mas Joko. Semoga kita segera dipertemukan dalam silaturahmi pendidikan. Salam kenal
Post a Comment