Surabaya 14 April 2018
AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TAK BOLEH MENCIPTA KELAMBU PALSU
Oleh Djoko Adi Walujo
Akreditasi pendidikan
itu sesungguhnya bukan merupakan tradisi ataupun ritual mutu belaka, tetapi
adalah sebuah gagasan yang amat mendasar bangsa guna meningkat mutu pendidikan.
Akreditasi bukan ajang untuk mencapai
predikat dengan level tertentu, namun lebih pada membangun kesadaran bahwa pendidikan
adalah titik awal dari kemajuan bangsa, dan mengangkat derajat bangsa.
Pendidikan sebagai altar kemajuan harus
diawali dengan melihat cermat lembaga pendidikan, mulai dari suasana akademi
yang dikenal atmosfir akademik, hingga pada egilitas dan daya pembeda dari
sifat yang rerata. Harus ada kata
sepakat, kita harus menjadi tuan rumah yang penuh syukur sarwa jujur, agar dapat
berlabuh sempurna di pulau harapan. Hindari pola sikap Hazard yang hanya
mempertonton akrobat kepalsuan, dengan membuat kemasan-kemasan yang jauh dari
isi di dalamnya. Kita tak boleh menggunakan tuyul-tuyul modern yang hanya
mengandalkan lobby dengan diplomasi tingkat tinggi dari pada meningkat potensio diri. Jadikan
Akreditasi ini sebagai sarana mendengarkan penilaian obyektif dari para asesor,
sekaligus jadikan cermin kita. Jika yang nampak dalam cermin itu sebuah
performansi yang baik segera mengulang berkaca lagi untuk mensyukuri. Namun
sebaliknya jika dan jika dalam cermin
kita berwajah menjijikkan, berlepotan, dan mendapatkan derajat yang amat sangat
rendah, jangan jatuh diri, namun segera bangkit lari. Jika dan hanya jika kita
sadar maka kita sudah memasuki labirinnya kemajuan. Bukan malah mengunakan palu
godam menghancurkan cermin menjadi serpihan kaca halus, sehinga kita kehilangan
jejak-jejak buruk kita, atau artefak kelemahan yang sebenarnya.
Kali ini universitas Adi Buana Surabaya sedang
masuk wilayah itu, suasana mendekati hari pelaksanaan visitasi persiapan
menyambut datangnya asesor, bagikan menabuh genderang dalam suasana siaga satu. Kampus semangat pagi bakal menjadi
tuan rumah, tentu seorang tuan rumah akan menunjukkan keramahan, bahkan akan
berbuat yang baik dari yang terbaik, namun bukan untuk mencipta daya sihir,
atau membuat kelambu palsu. Tak elok kita berkedok dan tak bagus karena membuat
daya bius.
Mutu tidak boleh berlindung dari
seeonggok tampilan temporary, sesuatu upaya yang sifatnya hanya sesaat, namun
harus dimulai dari nawaitu berupa niatan menanggalkan kesesatan menuju sebuah
suguhan managerial yang tepat nan lezat. Jika para tamu merasakannya tentu
tidak mudah berkata tidak, jika tamu tamu terhormat kita merasakan ada yang
timpang, janganlah meradang.
Akreditasi itu sejatinya dahsyat,
setidaknya akan membuat kita solid dalam pola pikir dan pola tindak, terbangun
sebuah integritas, dan dengan akreditasi perguruan tinggi akan membangunkan
saraf-saraf yang tertidur selama ini. Instrumen dijawab dengan lugas sembari
mencari titik lemah untuk segera dipenuhi, menambal semua kekurangan dan
menghidar dari perbuatan curang. Sadarlah bahwa kita sejatinya masih lemah,
tapi semangatlah yang membimbing dan mengantar kita, lalu niatan yang kuat akan
memsuplai daya yang dahsyat, dan kita menjawab dengan Bisa!.
Mutu
harus menjadikan kita sadar, bahwa kemajuan hanya dicapai dengan
profesionalitas dengan mengimbangkan atara kuslitas dan bukan hanya sekedar
mengejar kuantitas. Mutu bukan dibangun sehari semalam seperti legenda Roro
Jongrang, namun diraih bagaikan tahapan fisis dari nol derajat menuju seratus
derajat. Meminjam pemikiran seorang
orang bernama Kaizen bahwa sesungguhnya mutu dicapai dengan totalitas dan
komitmen positif manajer puncak, tentu di sini pimpinan perguruan tinggi harus
lebih totalitas dengan berbagai kerja cerdas. Strategi dan mental agilitas adalah sebuah
modal untuk melahirkan kreativitas yang penuh daya yang amat gigih untuk berinovatisi,
kepedulian ditingkatkan tanpa melupakan amanah yang diberikan oleh stakeholdernya.
Tamu
kita saat ini sudah siap hadir mari kita sambut dengan Yel-yel yang memotivasi
semangat kita dalam kebersamaan “Satu Adi Buana” dengan melafalkan kata “Semangat
Pagi” dengan lantang serta kita balas dengan kata “yes” sebagai ungkapan niat untuk bertanggung
Jawab. Mari kawan kita tunduk kepala
sejenak seraya memohon Tuhan penguasa alam, agar semua keinginan kita terekam,
berlajut dengan datangnya kemurahan.
No comments:
Post a Comment