HUT 73 PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
KOTA MOJOKERTO
Hotel: Ayola Sunrise Mojokerto
djoko aw
Catatan singkat:
Berbica
Era Idustrialisasi 4.0 bagaikan komoditas yang laris manis, setiap kehidupan
diteropong dengan dimensi ini. Hapir tidak ada yang terlepas, dari acara yang
formal hingga pembicaraan warung kopi selalu hadir memenuhi ruang komunikasi.
Kadang ketemu “jluntrungnya” kadang pula, tak menentu arahnya, karena orang
hanya terpakau pada idola “the idols of market place”, seperti yang pernah
diungkap oleh Filsuf Inggris bernama Fancis Bacon, bahwa manusia cenderung
hanya menuruti kemauan pasar. Pasar saat ini sedang berbicara tentang revolusi
Industri 4.0, maka semuanya seperti cendawan di musim hujan. Semua berbicara
Revolusi Industri, tentu tidak terjadi di seminar ini. Semoga acara ini untuk
tidak larut dalam bicara musiman dan menuruti pasar, tapi memang terancang
dalam komposisi yang benar, dan bertarget rasional, yakni mengubah paradigma
guru menjadi Guru Cerdas. Semoga.
Dalam catatan ringkas ini akan
mengutarakan point-point sebagai berikut:
SELAMAT DATANG ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Menyambut Era ini tak perlu panik,
apalagi melakukan kalkulasi yang berlebihan. Kehadiranya harus kita terima
seperti air mengalir. Kepanikan akan membuat antisipasi yang salah, namun membiarkan juga menghadirkan masalah.
Menanggapi kehadirannya harus dengan sikap arif, dan memposisikan diri sebagai
manusia yang bertindak obyektif. Terdapat tiga hal yang harus dimengerti di era
ini:
- Techno Phobia
- Techno Mania
- Techno Filia.
Techno Phobia,
adalah pola sikap yang phobi terhadap kehadiran era ini, hingga merasa teracam
posisi profesinya, dianggap teknologi akan menghancurkan peran Guru bahkan
meniadakannya, ini tidak benar.
Guru harus menggoda dirinya, atau yang
saat ini dikenal dengan “mendisrupsi diri”, sadar bahwa kita tidak terancam,
tapi tak boleh diam. Daya adaptasi ditambah agar tidak tertinggal. Phobi
terhadap teknologi tidak kehilangan martabat, tapi tertinggal dilingkaran abad.
Techno Mania,
adalah pola sikap yang berlebihan terhadap kehadiran era ini, semua tergantikan
oleh kecanggihan teknologi. Guru mulai mendewa-dewakan teknologi sehingga tidak
terasa humanitas seorang guru terlibas. Meras tidak bisa survival di era ini.
Seakan kehilangan jatidiri tanpa teknologi adalah kesalahan besar, sumber
insani seakan-akan tak berfungsi lagi, padahal senyuman seorang guru tidak
pernah digantikan oleh teknologi.
Techno Filia,
adalah pola sikap yang bijak, menggunakan teknologi sepantasnya, dan tidak
meninggalkan kepribadian dari sikap dasar manusia.
Teknologi bukan ditolak tapi teknologi
dimanfaatkan dengan optimal dan maksimal, tidak menjauhi teknologi, tapi juga
tidak semua tergantikan oleh teknologi. Techno Filia membuat manusia bijak
menjaga humanitas, tapi selalu menggetarkan daya adaptasi secara
manusiawi.
ERA SALING TERHUBUNG
Era
Revolusi Indutri 4.0 melesat dengan bercirikan saling terhubung, semuanya bisa
saling sapa, semuanya terbuka, semua terdata. Era ini membuat atmosfir maya
dipenuhi data tak terbatas, manusi tidak terasa menjadi kontributor aktif
bertambahnya data di “mega data”. Setiap detik selalu memberikan data, menyalin
data, melipatgandakan data bahkan menyambung-sambungkan data. Era ini membuat
semau sektor menjadi saling terhubung. Proses pembelajaran anak manusia semakin
menjadi proses navigasi, karena semaunya sudah tersedia di dunia maya.
Kurikulum sudah mendunia, tinggal di unduh dalam hitungan detik, perpustakaan
dunia berada di genggaman tangan kita, gambar gambar tersedia tajamnya melebihi
kecermatan pixel mata manuia. Di era inilah maka kita beraba di era cyber
system. Tak terasa kita semua sudah menjadi bagian dunia, foto kita tiba-tiba
tersimpan di “mega data”, kita hanya tertegum kandang terkejut, bahwa semua orang
mengetahui gerak gerik kita, padahal sudah disembunyikan secara rapi.
Era ini membuat kita sangat “care”, lebih
dari perhatian tapi multi perhatian sembari menggoda diri. Karena era ini
dipenuhi dengan munculnya robotika, lalu memunculkan kendaraan atau tanpa
kendali manusia, dan lahirnya nano teknologi dengan membuat semua peralatan
mati menjadi bernyawa. Benda mati dapat hidup karena berisikan Chip sebagai
anak kandung nano teknologi.
Pertanyaan asasi yang harus dijawab
adalah, apakah kita mampu bertahan tanpa adaptasi?
Berikut solusi yang harus dikedepankan,
yakni menngoda diri tanpa kehilangan jati diri. Bukan bertahan di zona aman dan
nyaman, tapi bertahan dengan selalu menggoda diri untuk beradaptasi.
GURU CERDAS TAK TERBATAS adalah
GURU INSPIRATIF YANG
CENDERUNG KREATIF
CIRI GURU yang INSPIRATIF itu, guru yang memiliki:
- Kelincahan mental [mental agility]
- Berfikir ke segala arah [divergent thinking]
- Fleksibilitas konseptual [conceptual flexibility]
- Originalitas [originally]
- Lebih kearah kompleksitas daripada simplisitas
- Latar belakang yang merasang [stimulating background]
- Kecakapan ganda [multiple skills]
Indikasi Guru di era Indusrial 4.0
- Visualizing.
Seorang Guru visioner mempunyai
gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan kapan hal itu akan
dicapai
- Futuristic Thinking
Seorang Guru Visioner tidak hanya
memikirkan kondisi saat ini, tetapi juga memikirkan kondisi yang diinginkan
pada masa yang akan datang
- Showing Fore sign
Seorang Guru Visioner adalah
perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak
hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi juga mempertimbangkan
teknologi, prosedur, organisasi, dan factor lain yang dapat mempengaruhi
rencana
- Proactive Planning
Seorang Guru Visioner menetapkan sasaran dan
startegi yang spesifik agar bisa mencapai sasaran tersebut dengan baik serta
mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan berbagai rintangan potensial dan
melakukan pengembangan rencana darurat untuk menanggulangi hambatan
- Creative Thingking
Seorang Guru visioner dalam
menghadapi tantangan berusaha mencari alternative pemecahannya dengan
memerhatikan isu, peluang, dan masalah
- Taking Risk,
Seorang Guru visioner berani
mengambil risiko sekecil apapun, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukanya
sebuah kemunduran
- Processing Alignment.
Seorang Guru Visioner mampu
menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi
- Coating Alignment.
Seorang Guru Visioner sadar bahwa
dalam rangka mencapai tujuan, dia harus bekerja sama dalam menciptakan hubungan
yang harmonis, baik kedalam maupun keluar
- Continuous Learning.
Seorang Guru visioner selalu mampu
mengikuti pelatihan dan pendidikan secara teratur, dalam rangka mengembangkan
profesionalitas dan memperluas pengethauna, serta memberikan tantangan berpikir
dan mengembangkan imajinasi
- Embracing Change
Seorang Guru Visioner tahu bahwa
perubahan adalah suatu bagian terpenting bagi pertumbuhan dan pengembangan
kemampuan dirinya. Ketika ada perubahan yang dinginkan atau yang tidak
diantisipasi sebelumnya, Seorang Guru visioner dengan aktif menyelidiki jalan
yang dapat memberikan manfaat ari peerubahan tersebut.
No comments:
Post a Comment