JAWA TIMUR BAROMETER PENDIDIKAN INDONESIA
Djoko
Adi Walujo
Di
sampaikan
pada acara Talkshow
JAWA
POS CAMPUS EXPO 2013
PENGANTAR
Barangkali terlalu “narsis” kalau
tiba-tiba dikatakan Jawa Timur menjadi barometer pendidikan di Indonesia. Namun
kalau ini hanya sebuah “title” Talk
Show, barangkali sah-sah saja, karena sebuah gagasan yang dilempar di publik
tidak rentan akan sanggahan, atau mungkin justru menstimuli munculnya opini,
baik yang mendukung maupun yang menegasi. Di ruang publik semacam ini akan
menyemaikan sebuah gagasan, yang semula hanya merupakan harapan, akan berwujud
kenyataan
Semoga Jawa Timur
menjadi Barometer Pendidikan di Indonesia.
MENAKAR
PENDIDIKAN
SEBAGAI
BAROMETER
Banyak parameter yang digunakan mengukur
sebuah keberhasilan pendidikan. Ada menakar,
yang berangkat dari “kuantita”, apa pula yang memulai dari
“kualita”. Sesungguhnya pendidikan itu
dinilai dari kualita bukan kuantita, namun di negeri ini yang kerap diacu adalah
kuntita.
Sesungguhnya kuantita
itu hanya akan benar ketika dihadapkankan pada ranah yang berlabel “percepatan
dan pemerataan”, namun sifatnya seperti “mass production” ---produk masa. Jika
menakar didasarkan pada kualita, maka tidak serta merta akan menghasilakan
sesuatu yang bersifat masal.
Pandangan saya Propinsi Jawa Timur
melakukan konvergensi antara “kuantita”
dan ”kualita”.
Terkait dengan judul Talk Show saya
ingin memberikan rasional, bahwa
pendidikan itu sesungguhnya merupakan
proses, sehingga jika kita memaksakan diri sebagai propinsi, yang meletakkan
dirinya sebagai propinsi barometer pendidikan, maka yang harus dilakukan adalah
selalu mengedepankan Quality Improvement.
Meminjam istilah “Kaizen”,
sesungguhnya kualitas itu tercapai karena melakukan continues improvement atau yang sering diberikan sebutan dengan
perbaikan terus menerus, lalu akan berlabuh pada ranah total quality (kualitas
total). Nah inilah yang dapat digunakan sebagai dimensi ukur bahwa Jawa Timur
sangat prospektif menjadi Barometer Pendidkan. Artinya bahwa Propinsi Jawa
Timur itu selalu memiliki peluang untuk menjadikan dirinya sebagai barometer.
Barometer itu tidak hanya sebagi
ukuran saja, tetapi ketika menjadi barometer harus memiliki kesedian menjadi “
laboratorium” atau setidaknya etales contoh keberhasilan. Bersedia dijadikan
Bechmarking atau patok duga bagi propinsi lainnya.
MENGAPA
JAWA TIMUR PROSPEKTIF
Indikator yang lazim digunakan didunia ini,
jika suatu wilayah memiliki pertumbuhan ekonomi yang mantap, maka pendidikan
akan bersemai. Kemajuan pendidkan mempunyai korelasi yang significant dengan
kemajuan pendidikan. Ada sebuah adigium yang menyatakan bahwa:
“kaya nalar, kaya hati, selalu berakhir pada kaya materi”. Jawa Timur
memiliki indikasi ini.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada pada
2012 sebesar 7,27 persen, lebih baik dibanding 2011 sebesar 7,22 persen.
Pencapaian ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara nasional yang
pada 2012 sebesar 6,23 persen. Jika Jawa
Timur pertumbuhan ekonominya lebih tinggi di atas pertumbuhan ekonomi nasional,
maka secara transitif dapat dikatakan bahwa pendidkan juga menempati barometer
itu.
Logika transitif, jika pertubuhan ekonomi
yang baik, akan berkorelasi dengan tingkat kemajuan pendidikan, bukan hal yang
mengada-ada. Realitas empiri menunjukkan ketika dua raksasa ekonomi dunia,
“CINDIA” – China dan India mengalamai mega pertubuhan ekonomi, pendidikan di
kedua negara itu sangat baik dan dapat dijadikan barometer, hingga saat ini.
PERHATIAN JAWA TIMUR PADA PENDIDIKAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Terdapat indikasi yang bersandar pada
“kecerdasan emosi”. Sebuah tindakan cerdas pada policy pemerintah terkait
dengan pendidikan, jika perhatian kepada anak berkebutuhan khusus sangat tinggi.
Bahkan kota akan menjadi kota “hospitable
city” atau “amiable city” atau kota
yang ramah dan baik hati, jika dan jika
infra strutur yang ada dilengkapi untuk orang-orang berkebutuhan khusus. Apabila hal ini diterapkan di kota dan
kabupaten di Jawa Timur, maka dapat di
justifikasi bahwa, propinsi ini sangat educated.
Kemudian indikasi lain adalah terkait
dengan tersedianya banyak sekolah yang
diperuntukkan kepada orang-orang disabilities- difabel
(berkebutuhan khusus). Di Propinsi Jawa Timur
ada sekitar 406 sekolah SLB- Sekolah Luar Biasa. Khusus jumlah sekolah untuk
anak berkebutuhan khusus Jawa Timur urutan pertama, selanjutnya diikuti oleh
Jawa Barat (368), Jawa Tengah (150) dan DKI Jakarta (93).
PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
Pernah juga stigma negatif jatuh di Propinsi Jawa Timur, yakni banyaknya
buta aksara berada di Propinsi ini.
Dalam data yang dirilis Kemendikbud
disebutkan, bahwa sampai akhir Desember 2011, penduduk Indonesia yang
buta huruf berjumlah 6,7 juta orang. Dari jumlah itu, Provinsi Jawa Timur
berada di urutan pertama. Sekitar 1,5 juta penduduknya buta huruf. Provinsi
Jawa Tengah menempati rangking kedua, dengan jumlah penduduknya yang buta huruf
sebanyak 986 ribu orang. Namun demikian ada juga yang kurang sepakat atas
penilaian ini. Dr, Akhmad Muzaki dosen IAIN Sunan Apel yang juga pembesar
Yayasan Ma’arief Propinsi Jawa
Timur. Mengatakan bahwa dasar penilaian
yang digunakan hanya buta aksara latin adalah kurang tepat. Seharusnya melek
huruf Arab harus dijadikan indikator. Kenyataan, banyak buta aksara latin ditemukan di wilayah
Pantura (pantai utara), namun mereka
adalah orang-orang yang melek huruf Arab.
Kemudian apa yang ditatap oleh pemerintah Jawa Timur atas stigma
negartif itu?
Antsipasi cepat dilakukan dengan
melibatkan semua kompenen, untuik maksud menekan angka buta aksara itu. Kerja keras itu selanjutnya berbuah dan Jawa
Timur memberikan andilnya kepada pemerintah pusat, sehingga memeroleh “King
Sejong Literacy Prize’, sebuah penghargaan
bergensi dalam menciptakan melek huruf.
BAGAIMANA DENGAN
PERGURUAN TINGGI DI JAWA TIMUR?
Harus jujur dikatakan kalau posisi Perguruan
Tinggi di Propinsi Jawa Timur berada di “Labia-Barometer” –masih berada di
bibirnya barometer. Sesungguhnya
Perguruan Tinggi di Jatim sedang pada wilayah berkembang menuju ke “kedewasaan” (maturitiy-area). Indikasi pada Webometrics,
lembaga yang memiliki afiliasi dengan Dewan Riset Nasional Spanyol. Terdapat 10
Universitas kategori baik, 2 diantaranya berada di Jawa Timur.
Dari sisi kuantita, Pergruan tinggi di Jawa Timur dapat dijadikan
barometer. Bahwa ada canda jenaka tentang perguruan tinggi swasta di Jawa
Timur. Dikatakan hampir setiap stasiun
kereta api di Jawa Timur ada pergruan tinggi. Artinya bahwa dari sisi jumlah
PTS, propinsi Jawa Timur tidak kalah.
DATA JUMLAH PTS
NO
|
BENTUK PT
|
∑ Prodi
|
1
|
Universitas
|
929
|
2
|
Sekolah Tinggi
|
382
|
3
|
Institut
|
105
|
4
|
Akademi
|
103
|
5
|
Politeknik
|
40
|
TOTAL
|
1559
|
Kemudian untuk jenis bidang ilmu terdapat
17 varian, terbanyak pada bidang Ilmu teknik (68); Ekonomi (68); dan Hukum
(58),......terkecil adalah bidang ilmu Agama fdan Filsafat (1), Seni (2).
MENUJU BAROMETER PENDIDIKAN
Jika dilihat dari data, maka untuk pendidikan Tinggi di Propinsi Jawa
Timur, sangat prospektif untuk bisa menjadi barometer. Tentunya acuannya adalah
pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang dahsyat. Jawa Timur sebagai kontributor
pertumbuhan ekonomi nasional.
Kita harus mengakui bahwa propinsi ini
memiliki kuantita dan kualita sumber daya alam yang berlimpah dengan berbagai
variannya. Kemudian ditunjang dengan berbagai infrastukture yang sudah mapan. Sejatinya Perguruan tinggi
di Jatim tidak boleh hanya berperan sebagai komplement, menjadi inti perubahan
agar pertumbahan ekonomi berlangsung
terus.
AKADEMI TEMBAKAU
ATAU
Peran apa yang harus dilakukan?SEKOLAH TINGGI KERETA API?
Perguruan tinggi di Jawa Timur harus mengambil peran dari dimensi akademis, pertama menggelorakan research terkait
kondisi geograpik propinsi. Kedua mengubah
paradigma ke arah kearifan lokal. Misalnya, kita mengetahui bahwa Jawa Timur
itu menghasilkan tembakau terbaik, bahkan terbaik dunia. Tapi mengapa tidak ada
program studi yang mengarah pada pencermatan tembakau? Mungkin ada akademi
komunitas tembakau, program studi budidaya tembakau, studi ekonomi kreatif
tembakau dll.
Jika kita melihat infrastrukture yang ada, mulai dari kemaritiman hingga
trasnportasi, maka ada yang dapat dikatakan kapasitas terbuang (idle capacity).
Di Kota madiun kita mengetahui, di kota berjuluk “kota brem” ini, memiliki
industri kereta api, tapi mengapa di Madiun tidak ada Sekolah Tinggi Kereta
Api.
Dari sinilah jika dicermati maka Jawa
Timur segera mencapai segalanya.
No comments:
Post a Comment