Ketika hari Guru se Dunia di peringati, selalu memicu ingatanku. Karena bertepatan hari itu, tepatnya tanggal 5 Oktober 2012, aku sedang mempertahankan Desertasi. Sangat bersuka cita kala itu, karena pada saat yang bersamaan p[eringatan hari guru itu sedang berlangsung marak.
HARU GURU DI PHILIPPINES
Lain lubuk lain ikan, lain ladang lain belalang, sebuah paribahasa yang menggambarkan adat istiadat yang berkembang bergabtubg darui daerah masing-masing. Lain daerah lain performancenya. Lalu jika dikaitkan dengan peringatan hari guru sedunia, ternyata sangat berbeda. Setiap negara punya cara unik dalam menyikapinya. Tentu tergantung dari kondisi yang berkembang di daerah masing-masing.
Di Philippines Guru memiliki penghargaan yang lebih, barangkali berlebih-lebihan ketika penghelatan hari guru sedunia. Di kota Manila Philippine, hari guru sudah terasa dua pekan sebelum hari "H" nya. Plaza-plaza menyambutnya, tak terbilang jumlah banner/spanduk, baliho atau lainnya ikut serta menyemarakkan. Hampir semua Plaza SM (nama departemen store di Philippina, yang berada di seluruh sudut kota), dapat dipastikan merayakannya. Di Plaza itu marak banner yang memberikan selamat kepada Guru. Kata-kata bijak, sanjungan dan berbagai penghargaan di gelar di Plaza itu. So pasti pengunjung seperti dingatkan untuk menghargai jasa Guru. Tidak ada Demo, nggak ada unjuk rasa, yang ada hanya rasa guru para guru. Pada hari itu, sejak pagi guru-guru telah merelakan air matanya, karena para siswa akan membawa bunga-bunga yang mengambarkan penghargaan atas jasa-jasa gurunya. Hampir setiap sekolah Collage atau universitas, para siswa memberikan ucapan. Sejak pagi buta penjaja bunga segar sudah berjajar untuk menjajakan bunga-bunga. Mulai di jalan raya, hingga di depan sekolah sudah penuh sesak penjual bunga.
Pilihan unik merayakan hari guru sedunia, menjadikan sebuah indikator. Guru-guru Philippina justru hanya "duduk manis", menunggu respon dari siswanya. Guru-guru sesunguhnya tidak ingin disanjung atau di puja-puja. Pokoknya pada hari itu Guru-guru tidak merayakan apa-apa, para siswa dan mantan-matan murid yang mengadakannya. Guru Philippine tidak meminta-minta penghargaan, hanya murid atau siswanya yang tergerak hatinya.
LALU BAGAIMANA DI INDONESIA?
Tentu berbeda peringatan yang dilakukan di Indonesia. Di Indonesia justru para Guru sendiri yang berdoa untuk dirinya, Guru Indonesia seakan memperingati harinya sendiri. Merayakan dirinya sendiri, tidak ada siswa atau orang tuanya yang tergelitik mengucapkannya. Yang menggelikan justru ada spanduk yang dibuat oleh Persatuan Guru Republik Indonesia membentangkan selamat Hari Guru International. Di Jakarta (seperti yang dimuat Harian Jawa Pos Edisi Minggu Pagi. 6 Oktober 2013), para Guru di Jakarta melakukan Mogok dan Doa Bersama di Gedung Guru tempat berkatornya Pengurus Besar PGRI. Menurut laporan aktivitas serupa juga dilakukan di Bengkulu, Gorontalo, dan Semarang.
Di kota "pudak" atau kota "wali" Gresik Guru-guru berdoa bersama di suatu tempat yang telah disepakati, hingga para siswa harus pulang lebih awal.
Atas kegiatan tersebut ada nada sinis yang mengatakan seharusnya guru diam seribu bahasa, dan saat yang tepat guru menunjukkan kinerjanya. Sekolah jalan terus, tanpa ada ujuk rasa. Yang bagus adalah, melakukan tindakan untuk meningkatkan kinerja agar masyarakat lebih "trust" atas kinerja guru.
Hari guru seharusnya tidak dirayakan oleh guru sendiri, namun pihak-pihak lain yang merasa telah menerima jasa baik guru.
SAAT TEPAT MERENUNG, DAN EVALUASI DIRI
Hari guru International, atau sering disebut sebagai Hari Guru Sedunia, adalah wahana tepat guru membangun kapabelitas dengan menajamkan kompetensinya. Guru harus secara terus menerus membangun daya atau potensi profesional. Membersihkan citra diri, mengangkat moral pengamdian, serta membersihkan dari kontaminasi pikiran kotor dan perbuatan yang bisa menciderai citra Guru. Di masa mendatang justru marak aktivitas merujuk pada peningkatan intelektual capital. Sehingga terbangun image baru, jika setiap peringatan hari guru, p[asti identik dengan meluasnya konvensi, simposium, seminar atau kegaitan peningkatan performance guru. SELAMAT HARI GURU DUNIA.
Pilihan unik merayakan hari guru sedunia, menjadikan sebuah indikator. Guru-guru Philippina justru hanya "duduk manis", menunggu respon dari siswanya. Guru-guru sesunguhnya tidak ingin disanjung atau di puja-puja. Pokoknya pada hari itu Guru-guru tidak merayakan apa-apa, para siswa dan mantan-matan murid yang mengadakannya. Guru Philippine tidak meminta-minta penghargaan, hanya murid atau siswanya yang tergerak hatinya.
LALU BAGAIMANA DI INDONESIA?
Tentu berbeda peringatan yang dilakukan di Indonesia. Di Indonesia justru para Guru sendiri yang berdoa untuk dirinya, Guru Indonesia seakan memperingati harinya sendiri. Merayakan dirinya sendiri, tidak ada siswa atau orang tuanya yang tergelitik mengucapkannya. Yang menggelikan justru ada spanduk yang dibuat oleh Persatuan Guru Republik Indonesia membentangkan selamat Hari Guru International. Di Jakarta (seperti yang dimuat Harian Jawa Pos Edisi Minggu Pagi. 6 Oktober 2013), para Guru di Jakarta melakukan Mogok dan Doa Bersama di Gedung Guru tempat berkatornya Pengurus Besar PGRI. Menurut laporan aktivitas serupa juga dilakukan di Bengkulu, Gorontalo, dan Semarang.
Di kota "pudak" atau kota "wali" Gresik Guru-guru berdoa bersama di suatu tempat yang telah disepakati, hingga para siswa harus pulang lebih awal.
Atas kegiatan tersebut ada nada sinis yang mengatakan seharusnya guru diam seribu bahasa, dan saat yang tepat guru menunjukkan kinerjanya. Sekolah jalan terus, tanpa ada ujuk rasa. Yang bagus adalah, melakukan tindakan untuk meningkatkan kinerja agar masyarakat lebih "trust" atas kinerja guru.
Hari guru seharusnya tidak dirayakan oleh guru sendiri, namun pihak-pihak lain yang merasa telah menerima jasa baik guru.
SAAT TEPAT MERENUNG, DAN EVALUASI DIRI
Hari guru International, atau sering disebut sebagai Hari Guru Sedunia, adalah wahana tepat guru membangun kapabelitas dengan menajamkan kompetensinya. Guru harus secara terus menerus membangun daya atau potensi profesional. Membersihkan citra diri, mengangkat moral pengamdian, serta membersihkan dari kontaminasi pikiran kotor dan perbuatan yang bisa menciderai citra Guru. Di masa mendatang justru marak aktivitas merujuk pada peningkatan intelektual capital. Sehingga terbangun image baru, jika setiap peringatan hari guru, p[asti identik dengan meluasnya konvensi, simposium, seminar atau kegaitan peningkatan performance guru. SELAMAT HARI GURU DUNIA.
No comments:
Post a Comment