“LESSON STUDY” UBAH PERILAKU MENUJU RANAH PROFESIONALISME
PENGANTAR:
Lesson Study saat ini telah menyeruak di antero
dunia, bahkan Indonesia termasuk negara yang ikut menggandrunginya, serta merta
mengadopsi untuk peranti membangun profesi. Lesson Study sebenarnya adalah
sebuah terminology yang berkembang di ranah pendidikan, dan pertama kali muncul
ketika seorang-orang pakar pendidikan Jepang, Makoto Yoshida sedang merapungkan
disertasinya di University
of Chicago. Lesson study
adalah sebuah terjemahan dari “yugyou
kenkyuu”. Hingga kini sang maestro pendidikan Jepang ini dianggap
sebagai pionir yang merintis penerapan lesson study di Amerika bersama
professor pendidikan dari Milss College Oakland. Catherine Lewis. Bak gayung
bersambut karena Catherine Lewis sebenarnya sangat tertarik, bahkan telah
banyak melakukan penelitian tentang system pendidikan di Jepang. Pada perjalanannya Amerika pun mulai mengadopsi
dan mencoba menerapkannya, namun pertama
kehadirannya Lesson study mendapatkan getaran “pesimistis”. Tapi sekarang Lesson Study di Amerika
mendapatkan tempat. Mudah-mudahan juga terjadi di Pacitan, Lesson Study
mendapatkan tempat di hati.
TUJUH MANFAAT [“7M”] DALAM PERBAIKAN KOMPETENSI
PROFESIONAL
Pada hakikatnya Lesson Study lahir dari sebuah
proses induktif dari realitas empiri persoalan-persoalan pendidikan, dan yang
lebih mikro di ranah pembelajaran. Proses induktif itu terjadi di Jepang. Namun
saat ini telah tertata difungsikan sebagai proses pengembangan untuk para guru,
dan dikreasi secara sistematis, teristimewa tujuan utama menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih baik dan efektif
Melalui Lesson
study akan direngkuh manfaat-manfaat sebagai berikut:
- Lesson Study Memicu Munculnya Motivasi untuk mengembangkan diri
- Lesson Study Melatih Pendidik “Mencermati” Peserta Didik
- Lesson Study Menjadikan Penelitian Sebagai Bagian Integral Pendidikan
- Lesson Study Membantu Penyebaran Inovasi dan Pendekatan Baru
- Lesson Study Menempatkan Para Pendidik pada Posisi Terhormat
- Lesson Study Memunculkan Knowledge Sharing
- Lesson Study Membangun hubungan kolegial dan Mutual Learning
TUJUH KENDALA
PENERAPAN:
S
|
esuatu yang baru
acapkali mendatangkan celaan, apalagi ditopang oleh sebuah anggapan akan
menggantikan yang lama. Sisi lain diperparah dengan kecenderungan enggan
berubah “anti perubahan”. Realitas ini akan menjadi kendala penerapan Lesson Study. Adapun terdapat kendala-kendala itu adalah:
- Anggapan bahwa Lesson Study pemborosan waktu, karena aktivitas Lesson study selalu membutuhkan pengorbanan waktu bagi sang pendidik, bahkan harus rela untuk berlebih-lebihan. Intensitas diskusi yang kerap, juga Memerlukan siklus yang panjang dan banyak
- Lesson Study dianggap tidak relevan dengan budaya Indonesia yang cenderung permisif dan selalu menjujung kaidah harmonisasi ketimbang keterbukaan.
- Lesson Study dianggap memaksa pendidik mengubah gaya mengajar
- Merasa terawasi dan “risi” ketika dalam proses belajar mengajar dihadiri observer
- Anggapan adanya pemaksaan, untuk mengubah gaya belajar
- Tututan pendokumentasian dianggap beban biaya tinggi [high cost]
- Lesson study tidak cocok dilakukan pada pendidikan non formal, dan hanya cocok untuk pendidikan formal
TUJUH IDEALITAS YANG DIPERSYARATKAN:
S
|
ebagai inovasi
Lesson Study tidak serta merta mudah diterapkan, apa lagi langsung siap pakai [running well], namun harus mengikuti
tahapan fisis dari nol derajat hingga seratus derajat. Oleh karenanya Lesson
Study kerap kali di juluki sebagai bentuk CPD – Continuing Professional
Development, dan menjunjung azas perbaikan terus menerus “Continues
Improvement”.
Untuk mengemban
pencapaian maka terdapat beberapa yang dianggap sebagai persyaratan, yakni
persyaratan kondisi ideal.
1.
Adanya Stabilitas Kebijakan
Pendidikan
2.
Dukungan Birokarsi Pendidikan
3.
Kemampuan menerima perubahan
4.
Kurikulum yang Memberi Ruang
untuk berkembang
5.
Budaya Refleksi Diri
6.
Budaya Kerja Sama
7.
Budaya pendokumentasian
TUJUH KUNCI PERUBAHAN TINGKAH LAKU:
Sejumlah
unsur yang menjadi ciri perubahan tingkah laku seorang guru, menuju Lesson Study:
q Tingkah laku dimotivasi :
seorang-orang mau berbuat sesuatu karena adanya tujuan yang hendak dicapai. [seorang-orang
guru harus memahami secara holistic hal ikhwal “lesson study”, apa dan mengapa
lesson study]. Perubahan tingkah laku dimulai dari dalam organisme yang
bermotivasi, dan keadaan ini muncul berkat kebutuhan pada organisme. [seorang-orang
guru harus memahami, apa manfaat lesson
study]
q
Tingkah laku yang bermotivasi
adalah tingkah laku yang sedang terarah pada tujuan:
Motivasi mengandung dua aspek yakni adaanya keadaan tegang [tension] atau
ketakpuasan dalam diri seseorang dan kesadaran bahwa tujuan tercapainya tujuan
akan mengurangi ketegangan tersebut. Ini berarti pencapai tujuan adalah
pengurangan ketegangan dan pemuasan kebutuhan. [ditilik kelahirannya lesson
studi hadir atas sebuah ketegangan dari keadaan pendidikan di Jepang, yang
menginginkan pendidikan memiliki daya kompetitif mendunia].Makna terdalamnya Lesson study
tidak akan membumi jika tidak ada permasalahan yang dihadapi.
q
Tujuan yang disadari oleh
seorang-orang akan mempengaruhi tingkah laku di dalam upaya mencapai tujuan
tersebut: Konsekuensinya ialah tingkah laku
bersifat selektif dan regulative. Seorang-orang memilih perbuatan/tindakan
yang hanya mengacu ke arah pencapaian
tujuan yang dapat memuaskan kebutuhannya. [harus pararel antara individu
seorang guru dalam memandang kebutuhan utamanya terkait dengan penerapan lesson
study, dengan tujuan sekolah. Jika tidak pararel maka, justru guru akan mengadi
efek pencegah- deterrent effect]
q
Lingkungan menyediakan
kesempatan untuk bertingkah laku tertentu, dan/atau membatasi tingkah laku
seorang-orang tertentu: Lingkungan sebagai situasi
stimulus dalam satu sisi dapat memuaskan kebutuhan dan dalam sisi lain dapat
membatasi pemuasan kebutuhan dengan cara tertentu. [Lesson study membutuhkan
lingkungan yang kondusif, dukungan birokrasi pendidikan yang signifikan adalah
pemicu potensi sukses. Lesson study berhasil dengan bagus di negeri sakura,
karena dunia pendidikan di Jepang menyediakan kancah tersebut secara signifikan]
q
Tingkah laku dapat
dipengaruhi oleh proses-proses dalam organisme: Persepsi, pengalaman dan konsepsi yang
dimiliki seorang-orang untuk memp[engaruhi tingkah laku terhadap aspek-aspek
tertentu dilingkungannya, misalnya sikap terhadap orang/individu lain. [Lesson
study lahir karena menginduksi dari realitas empiri, yakni kenyataan pendidikan
di Jepang, kemudian setiap individu guru merespon secara positif, akhirnya
lesson studi memiliki “pamor’ dan memiliki sentuhan hati dan daya pembangkit
motivasi. Ingat! Lesson Study selalu memasang syarat kebersamaan (team work),
kepedulian dalam berkolaborasi. Winning Team Solution]
q Tingkah laku ditentukan oleh kapasitas dalam diri organisme manusia:
Kapasitas itu berupa intelegensi dan abilitas
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Seorang-orang mampu melakukan sesuatu
perbuatan sesuai dengan tingkat kapasitasnya sendiri. [Lesson study selalu
tidak berhenti membangun kebersamaan, saling melengkapi (komplementer), tidak
akan mengambil sebuah keputusan (decision) tanpa melakukan refleksi. Refleksi
adalah pangkal sekaligus simpul]
q Tingkah laku yang dilandasi Ambisi Sehat: Tingkah laku seorang-orang yang
dilandasi dengan ambisi yang sehat kerapkali menghasilan produk terbaik, pada pada akhirnya membuahkan rasa
percaya diri. [Lesson study yang kental
dengan budaya kolaborasi dan refleksi ini sangat mengharapkan adanya
pribadi-pribadi pengajar/guru yang memiliki ambisi yang sehat]
RUJUKAN YANG MEMBANTU
M. Joko Susilo
[2006].Gaya Bealajar Menjadikan Semakin Pintar. Pinus Book Publisher. Yogyakarta
Putu Ashintya
Widhiartha dkk [2008]. Lesson Study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan
Pendidikan Non Formal. BPPNFI Regional IV Surabaya
No comments:
Post a Comment