OPTIMALISASI PENGGUNAAN
SOSIAL MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
disampaikan pada Mimbar
Ilmiah Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
11 Juni 2015
djoko aw[1]
PENGANTAR:
makalah ini (ditulis dengan bentuk essay)
Penggunaan gadget di kampus kini kian marak, bahkan menjadi
problem serius karena digunakan saat proses belajar mengajar berlangsung.
Mencermati keadaan ini, maka selayaknya
diperlukan perhatian amat khusus dan ekstra. Jika hal tersebut dibiarkan
akan menggagu proses belajar mengajar. Oleh karenanya harus dicarikan cara-cara
cerdas untuk mengubah fenomena ini. Dari
keadaan yang mengancam menjadi peluang yang mendatangkan manfaat. Kini diberbagai negara telah lahir model
pembelajaran yang dapat memanfaatkan gadget, dan sangat kental dengan hal-hal yang berbau teknologi informatika. Sejatinya
untuk saat ini pemanfaatan teknologi informatika bukan merupakan hal yang tabu,
akan tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan hidup yang sangat besar manfaatnya. Kini
telah menjadi kenyataan banyak mahasiswa tidak lagi membawa membawa buku saat
ke kampus, akan tetapi mereka menggantikan buku buku tradisonalnya menjadi
buku virtual. Mereka hanya membekali
dirinya semacam chip yang akan membantu dalam
belajar. Keadaan ini semestinya juga berkosekuansi pada sorang-orang dosen yang
perannya memfasilitasi pembelajaran. Di era ini Seorang dosen menjadi sosok
fasilitator yang mendesain pembelajaran dengan menambatkan berbagai teknologi
informasi yang berkembang. Jika seorang dosen menghindar atau phobi terhadap
teknologi informatika, maka secara pelahan akan teralienasi. Ketinggalan
bahkan pembelajaran yang dilakukan terkesan lambat dan kurang menyenangkan.
Sesungguhnya
model pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi adalah sebuah “conditio
sine quanon”, maknanya bahwa penggunaan teknologi adalah keharusan dan
tidak boleh ditawar lagi. Penggunaan teknologi informasi akan memberikah
manfaat yang lebih sekaligus akan memenuhi kriteria EER (effective, Efficience
and Rational). Pemanfaatkan teknologi akan mempermudah dan memperingan kerja dosen.
Seorang dosen akan terbantu dalam
mencapai tujuannya, serta dapat
mengotrol tahapan demi tahapan pembelajaran.
Fonomena Penggunaan Internet:
Kita
ketahui bersama bahwa proses pembelajaran sering dijumpai mahasiswa sedang menggunakan
gadget untuk kepentingan di luar pembelajaran. Hal ini sangat mengurangi
konsentrasi, seraya sangat mengganggu psikologis sang dosen. Kejadian semacam
ini hampir setiap hari dan secara bergantian dilakukan oleh mahasiswa. Bahkan instensitasnya sangat tinggi.
Kenyataan ini tidak serta merta dapat dielekkan atau dicegah kehadirannya, hampir
tiap-tiap kampus memiliki fenomena semacam ini.
Sesungguhnya gadget lahir sebagai teknologi memiliki manfaat yang besar,
dan dilahirkan untuk kepentingan kepentingan mulia. Hanya dalam praktik
penggunaan disalahgunakan. Pada hakikatnya Teknologi hadir dalam dua sisi yang
berbeda, satu sisi menyatakan sebagai
manfaat, sisi lain adalah membawa dampak negatif. Perkembangan gadget selalu
seiring dengan perkembangan internet, dari perkembangan internet akan diketahui
jumlah pengguna gadget. Berikut sebuah data menggemparkan
terkait dengan pengguna internet di
Indonesia.
Menurut
Asosiasi
Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) telah merilis hasil riset nasional
terkait jumlah pengguna dan penetrasi internet di Indonesia untuk tahun 2014
kemarin. Menurut hasil riset yang digelar atas kerjasama dengan pihak Pusat
Kajian Komunikasi (PusKaKom) FISIP Universitas Indonesia, disebutkan bahwa
pengguna internet di Indonesia kini telah mencapai angka 88,1 juta.
Dengan demikian, jika
disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk Indonesia yang menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) mencapai 252,5 juta jiwa, maka pengguna internet di
Indonesia mengalami pertumbuhan 16,2 juta jiwa dari total 71,9 juta pengguna di
tahun 2014 (http://tekno.liputan6.com/read/2197413/jumlah-pengguna-internet-indonesia-capai-881-juta)
Selanjutnya angka yang cukup mengejutkan dipatok oleh
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terkait jumlah pengguna
Internet di Indonesia. Menurut Direktur Jenderal Aplikasi dan Teknologi
Informatika Kemenkominfo Bambang Heru Tjahjono, seperti dikutip dari Antara, Kemenkominfo berharap di
akhir tahun 2015 jumlah pengguna Internet di Indonesia telah mencapai angka 150
juta orang, atau sekitar 61% dari total penduduk
Seperti disebutkan dari sumber yang sama, Kemenkominfo mengklaim
bahwa saat ini jumlah pengguna Internet di Indonesia sudah mencapai 57%
penduduk, atau kasarannya mencapai hampir 137 juta pengguna. Angka yang cukup
fantastis mengingat awal tahun ini APJII mencatat jumlah pengguna Internet di tanah air
baru berkisar di angka 71 juta dan perkiraan banyak pihak, akhir tahun ini
jumlahnyapengguna baru mencapai kisaran 80-an juta pengguna.
Impian masa depan dalam pembelajaran:
Pemanfaatan
gadget adalah impian menuju pembelajaran
masa depan. Gadget dalam kampus justru dijadikan peluang dan bukan halangan.
Dengan gadget akan memudahkan akses
pembelajaran, hal tersebut ditopang dengan hadirnya sosial media yang bebas biaya serta penuh
dengan kecanggihannya. Sosial media
seperti Facebook, Instagram, Tweitter, Path, Blog, dan Whatsapp. Dalam beberapa
tahun yang lalu facebook sempat dituduh sebagai sosial media yang dampak
negatifnya sangat merugikan, namun saat ini justru di berbagai negara sangat
sering di manfaatkan. Sebagaimana hasil penelitian Saedah Siraj, dari Unieversity Malaya yang meneliti kecanggihan
media sosial untuk pembelajaran dengan tema, “Effectiveness Of Facebook Based Learning To Enhance Creativity Among Islamic Studies Students By Employing Isman Instructional Design Model”
Selanjutnya juga penelitian yang yang dilakukan
oleh Tami Blumenfield, James B.
Duke Assistant Professor of Asian
Studies, Furman University, “Student-Directed Blended Learning with Facebook
Groups and Streaming Media: Media in Asia at Furman University” Realita ini sangat
meyakinkan kita serta memberikan rasional yang cukup, bahwa penggunaan sosial
media sangat membantu berlangsungnya belajar mengajar secara optimal.
Blended Learning mengoptimalkan sosial media
Sejarahnya:
----------
Tujuan Blended Learning :
•
Membantu mahasiswa untuk berkembang lebih baik di dalam proses
belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.
• Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi dosen
dan mahasiswa untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus
berkembang.
• Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi mahasiswa,
dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas
tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para mahasiswa dalam pengalaman
interaktif. Sedangkan porsi online
memberikan para mahasiswa dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan disetiap
saat, dan di mana saja selama mahasiswa memiliki akses internet.
Kelebihan blended learning :
Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional,
yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi
·
Pembelajaran lebih efektif dan efisien;
·
Meningkatkan
aksesbiltas;
·
Mudah dalam
mengakses materi pembelajaran;
·
Kelemahan blended learning :
- Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
- Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembeajaran mandiri via online.
- Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
- Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet
DAFTAR PUSTAKA
Bersin, Josh. 2004. The Blended Bearning Book:Best Bractices, Proven Methodologies, and
Lessons Learned. San Francisco: Pfeiffer
Bugeja, M. J.
(2006). Facing the Facebook.
Chronicle of Higher Education, 52(21), 1–4.
Jyri
Manninen (2014).Bleded
Learning The Best Option, University of
Helsinki Palmenia Center for Continuing Education www.helsinki.fi/palmenia
Saedah Siraj at all 2014. Effectiveness Of acebook Based Learning To Enhance Creativity Among Islamic Studies Students By Employing Isman Instructional Design Model. Faculty of Education University of Malaya. Kuala Lumpur, 50603 Malaysia
Wikipedia, the free
encyclopedia. Blended Learning. (www.wikipedia.com, diakses tanggal 29 agustus
2010)
[i] * djoko adi walujo: Adalah Alumni Universitas Negeri Surabaya
(UNESA- Dahulu IKIP SURABAYA), doctor business administration di JOSÈRIZAL
UNIVERSITY OF PHILIPPINA, Salah satu anggota dewan pendidikan propinsi jawa timur,cdewan
pakar PGRI Propinsi Jawa Timur, mantan
anggota dewan Pembina perpustakaan masjid propinsi jawa timur, mantan wakil
ketua PGRI propinsi jawa timur, mantan Gugus Pemikir Yayasan Pembina Lembaga
Pendidikan (YPLP-PGRI) pusat, sekretaris ISPI- Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia propinsi jawa timur, sekretaris badan penyelenggara Universitas Adi
Buana Surabaya,. Memiliki International Certificated untuk pelatihan guru-guru
zone Asia-Pacific (EI-Edication International), Certificate “Leadership in Higher
Education” – University Technolofy of Sydney-Australia
No comments:
Post a Comment