Google

Thursday, November 8, 2018

GURU CERDAS DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


HUT 73 PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
KOTA MOJOKERTO
Hotel: Ayola Sunrise Mojokerto 
djoko aw


Catatan singkat:
Berbica Era Idustrialisasi 4.0 bagaikan komoditas yang laris manis, setiap kehidupan diteropong dengan dimensi ini. Hapir tidak ada yang terlepas, dari acara yang formal hingga pembicaraan warung kopi selalu hadir memenuhi ruang komunikasi. Kadang ketemu “jluntrungnya” kadang pula, tak menentu arahnya, karena orang hanya terpakau pada idola “the idols of market place”, seperti yang pernah diungkap oleh Filsuf Inggris bernama Fancis Bacon, bahwa manusia cenderung hanya menuruti kemauan pasar. Pasar saat ini sedang berbicara tentang revolusi Industri 4.0, maka semuanya seperti cendawan di musim hujan. Semua berbicara Revolusi Industri, tentu tidak terjadi di seminar ini. Semoga acara ini untuk tidak larut dalam bicara musiman dan menuruti pasar, tapi memang terancang dalam komposisi yang benar, dan bertarget rasional, yakni mengubah paradigma guru menjadi Guru Cerdas. Semoga.
Dalam catatan ringkas ini akan mengutarakan point-point sebagai berikut:

SELAMAT DATANG ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Menyambut Era ini tak perlu panik, apalagi melakukan kalkulasi yang berlebihan. Kehadiranya harus kita terima seperti air mengalir. Kepanikan akan membuat antisipasi yang salah, namun  membiarkan juga menghadirkan masalah. Menanggapi kehadirannya harus dengan sikap arif, dan memposisikan diri sebagai manusia yang bertindak obyektif. Terdapat tiga hal yang harus dimengerti di era ini:
  1. Techno Phobia
  2. Techno Mania
  3. Techno Filia.

Techno Phobia, adalah pola sikap yang phobi terhadap kehadiran era ini, hingga merasa teracam posisi profesinya, dianggap teknologi akan menghancurkan peran Guru bahkan meniadakannya, ini tidak benar.
Guru harus menggoda dirinya, atau yang saat ini dikenal dengan “mendisrupsi diri”, sadar bahwa kita tidak terancam, tapi tak boleh diam. Daya adaptasi ditambah agar tidak tertinggal. Phobi terhadap teknologi tidak kehilangan martabat, tapi tertinggal dilingkaran abad.

Techno Mania, adalah pola sikap yang berlebihan terhadap kehadiran era ini, semua tergantikan oleh kecanggihan teknologi. Guru mulai mendewa-dewakan teknologi sehingga tidak terasa humanitas seorang guru terlibas. Meras tidak bisa survival di era ini. Seakan kehilangan jatidiri tanpa teknologi adalah kesalahan besar, sumber insani seakan-akan tak berfungsi lagi, padahal senyuman seorang guru tidak pernah digantikan oleh teknologi.

Techno Filia, adalah pola sikap yang bijak, menggunakan teknologi sepantasnya, dan tidak meninggalkan kepribadian dari sikap dasar manusia.
Teknologi bukan ditolak tapi teknologi dimanfaatkan dengan optimal dan maksimal, tidak menjauhi teknologi, tapi juga tidak semua tergantikan oleh teknologi. Techno Filia membuat manusia bijak menjaga humanitas, tapi selalu menggetarkan daya adaptasi secara manusiawi. 

ERA SALING TERHUBUNG
Era Revolusi Indutri 4.0 melesat dengan bercirikan saling terhubung, semuanya bisa saling sapa, semuanya terbuka, semua terdata. Era ini membuat atmosfir maya dipenuhi data tak terbatas, manusi tidak terasa menjadi kontributor aktif bertambahnya data di “mega data”. Setiap detik selalu memberikan data, menyalin data, melipatgandakan data bahkan menyambung-sambungkan data. Era ini membuat semau sektor menjadi saling terhubung. Proses pembelajaran anak manusia semakin menjadi proses navigasi, karena semaunya sudah tersedia di dunia maya. Kurikulum sudah mendunia, tinggal di unduh dalam hitungan detik, perpustakaan dunia berada di genggaman tangan kita, gambar gambar tersedia tajamnya melebihi kecermatan pixel mata manuia. Di era inilah maka kita beraba di era cyber system. Tak terasa kita semua sudah menjadi bagian dunia, foto kita tiba-tiba tersimpan di “mega data”, kita hanya tertegum kandang terkejut, bahwa semua orang mengetahui gerak gerik kita, padahal sudah disembunyikan secara rapi.
Era ini membuat kita sangat “care”, lebih dari perhatian tapi multi perhatian sembari menggoda diri. Karena era ini dipenuhi dengan munculnya robotika, lalu memunculkan kendaraan atau tanpa kendali manusia, dan lahirnya nano teknologi dengan membuat semua peralatan mati menjadi bernyawa. Benda mati dapat hidup karena berisikan Chip sebagai anak kandung nano teknologi.
Pertanyaan asasi yang harus dijawab adalah, apakah kita mampu bertahan tanpa adaptasi?
Berikut solusi yang harus dikedepankan, yakni menngoda diri tanpa kehilangan jati diri. Bukan bertahan di zona aman dan nyaman, tapi bertahan dengan selalu menggoda diri untuk beradaptasi.

GURU CERDAS TAK TERBATAS adalah

GURU INSPIRATIF YANG CENDERUNG  KREATIF
CIRI GURU yang INSPIRATIF itu, guru yang memiliki:
  • Kelincahan mental [mental agility]
  • Berfikir ke segala arah [divergent thinking]
  • Fleksibilitas konseptual [conceptual flexibility]
  • Originalitas [originally]
  • Lebih kearah kompleksitas daripada simplisitas
  • Latar belakang yang merasang [stimulating background]
  • Kecakapan ganda [multiple skills]


Indikasi Guru di era Indusrial 4.0
  1. Visualizing.
Seorang Guru visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan kapan hal itu akan dicapai
  1. Futuristic Thinking
Seorang Guru Visioner tidak hanya memikirkan kondisi saat ini, tetapi juga memikirkan kondisi yang diinginkan pada masa yang akan datang
  1. Showing Fore sign
Seorang Guru Visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi juga mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi, dan factor lain yang dapat mempengaruhi rencana
  1. Proactive Planning
 Seorang Guru Visioner menetapkan sasaran dan startegi yang spesifik agar bisa mencapai sasaran tersebut dengan baik serta mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan berbagai rintangan potensial dan melakukan pengembangan rencana darurat untuk menanggulangi hambatan
  1. Creative Thingking
Seorang Guru visioner dalam menghadapi tantangan berusaha mencari alternative pemecahannya dengan memerhatikan isu, peluang, dan masalah
  1. Taking Risk,
Seorang Guru visioner berani mengambil risiko sekecil apapun, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukanya sebuah kemunduran
  1. Processing Alignment.
Seorang Guru Visioner mampu menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi
  1. Coating Alignment.
Seorang Guru Visioner sadar bahwa dalam rangka mencapai tujuan, dia harus bekerja sama dalam menciptakan hubungan yang harmonis, baik kedalam maupun keluar
  1. Continuous Learning.
Seorang Guru visioner selalu mampu mengikuti pelatihan dan pendidikan secara teratur, dalam rangka mengembangkan profesionalitas dan memperluas pengethauna, serta memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi
  1. Embracing Change
Seorang Guru Visioner tahu bahwa perubahan adalah suatu bagian terpenting bagi pertumbuhan dan pengembangan kemampuan dirinya. Ketika ada perubahan yang dinginkan atau yang tidak diantisipasi sebelumnya, Seorang Guru visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat ari peerubahan tersebut.

Saturday, June 23, 2018

POSTMO FELATELIA


POSTMO-FILATELIA
Oleh Djoko Adi Walujo
Kreativitas sulit dibendung apaladi dizaman yang penuh dengan derasnya arus teknologi. Teknologi mampu menggerus apa saja, dan mampu mempoleferasi apa saja. Kemajuan teknologi informasi yang secara bersamaan memunculkan media sosial yang dahsyat membuat semua yang nyaman menjadi goyah. Zaman yang sekarang disebut dengan era disruption dengan mudah disebut pula sebagai  era penggoda. Tahta yang sulit dijamah mudah patah, tiada lagi dinasti, semua menjadi rentan terhadap perubahan. Semua relung aktivitas manusia tidak memiliki daya tangkal menghentikan kecuali daya adaptasi yang mampu mengawal eksistensi. Termasukjuga domain hobi, kini hobi menjadi berkembang baik kualita dan kuantitanya. Dulu swap benda-benda filetali penuh dengan aleta yang menutupi, hanya berbekal sebuah ceruta tanpa melihat visual, kini sekarang menjadi terang benderang bahkan real time.
     Exibition fileteli dulu terhitung dengan durasi  tahunan baru dapat terselenggara, bahkan harus menyiapkan properti yang begitu lama, kini setiap detik orang bisa memamerkan karena wahana sudah tersedia dengan percuma. Pameran filateli seakan nir biaya, karena aplikasi komputer mengundangnya. Seorang filetelis bisa pamer diberbagai belahan dunia, tanpa harus datang membawa benda-benda filateli kesayangan. Seorang filatelis bisa berpamer ria dalam waktu yang bersamaan pada domain yang berbeda. Mereka bisa berpamer di media sosial yang menjadi pilihannya, namun juga bisa semua digunakan. Hari ini pamer di dinding Facebooknya, besuk sudah pindah di Instagramnya, dan secara bersamaan berpamer di Piterest.
Lembaga filatelis yang cukup wibawa akan serta merta pudar dan terkubur bersama aturan detil yang dimiliki dan sudah lama bertahta. Aturan filatelis lama lama terlanggar oleh kemajuan teknologi. Dulu dalam exibisi ada aturan ketat bagaikan menyusun sebuha tesis atau desertasi, sekarang berubah menjadi tema-tema yang lebih detil dan sesuai perkembangan zaman. Sensasi kejadian juga mengundang tema untuk merespon dengan cepat dan kecanggihan desain yang sangat canggih dan cepat.
Tema prangko yang menghadirkan tokoh-tokoh kendati sekarang masioh eksis, namun muncul pula postmo feletelia, yang tema prangko yang menuruti pasar dan kekinian. Tiba tiba secara mendunia muncul tema Hello Kitty, Tintin, Wonder Women, Superman, Ultraman dll. Belum lagi muncul prangko prisma yang sangat privasi sekali
Kini seorang filetelis sedang diuji, jika kekeh dan maladaptip, berarti tertinggal dengan kemajuan.
Kini muncul juga berbagai kelompok atau komunitas pecinta prangko secara maya, lalu muncul  komunitas posttcrossing, bahkan masih banyak lagi yang sifatnya sangat mendunia.
Saya secara pribadi tidak ingin lebih dari ranah kemajuan ini, dan saya menamakan sekaligus mendeklarasikan sendiri sebagai penganut POSTMO-FITELA sebuah terminologi yang saya buat sendiri. Inilah saya yang ingin berbeda tapi masih menghormati pada mereka yang juga berbeda. Salam semoga semuanya bahagia.        

Sunday, April 15, 2018

AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TAK BOLEH MENCIPTA KELAMBU PALSU


Surabaya 14 April 2018
AKREDITASI PERGURUAN TINGGI TAK BOLEH MENCIPTA KELAMBU PALSU
Oleh Djoko Adi Walujo
      Akreditasi pendidikan itu sesungguhnya bukan merupakan tradisi ataupun ritual mutu belaka, tetapi adalah sebuah gagasan yang amat mendasar bangsa guna meningkat mutu pendidikan.  Akreditasi bukan ajang untuk mencapai predikat dengan level tertentu, namun lebih  pada membangun kesadaran bahwa pendidikan adalah titik awal dari kemajuan bangsa, dan mengangkat derajat bangsa. Pendidikan sebagai altar kemajuan harus  diawali dengan melihat cermat lembaga pendidikan, mulai dari suasana akademi yang dikenal atmosfir akademik, hingga pada egilitas dan daya pembeda dari sifat yang rerata.  Harus ada kata sepakat, kita harus menjadi tuan rumah yang penuh syukur sarwa jujur, agar dapat berlabuh sempurna di pulau harapan. Hindari pola sikap Hazard yang hanya mempertonton akrobat kepalsuan, dengan membuat kemasan-kemasan yang jauh dari isi di dalamnya. Kita tak boleh menggunakan tuyul-tuyul modern yang hanya mengandalkan lobby dengan diplomasi tingkat tinggi  dari pada meningkat potensio diri. Jadikan Akreditasi ini sebagai sarana mendengarkan penilaian obyektif dari para asesor, sekaligus jadikan cermin kita. Jika yang nampak dalam cermin itu sebuah performansi yang baik segera mengulang berkaca lagi untuk mensyukuri. Namun sebaliknya jika dan jika  dalam cermin kita berwajah menjijikkan, berlepotan, dan mendapatkan derajat yang amat sangat rendah, jangan jatuh diri, namun segera bangkit lari. Jika dan hanya jika kita sadar maka kita sudah memasuki labirinnya kemajuan. Bukan malah mengunakan palu godam menghancurkan cermin menjadi serpihan kaca halus, sehinga kita kehilangan jejak-jejak buruk kita, atau artefak kelemahan yang  sebenarnya.
    Kali ini universitas Adi Buana Surabaya sedang masuk wilayah itu, suasana mendekati hari pelaksanaan visitasi persiapan menyambut datangnya asesor, bagikan menabuh genderang dalam suasana  siaga satu. Kampus semangat pagi bakal menjadi tuan rumah, tentu seorang tuan rumah akan menunjukkan keramahan, bahkan akan berbuat yang baik dari yang terbaik, namun bukan untuk mencipta daya sihir, atau membuat kelambu palsu. Tak elok kita berkedok dan tak bagus karena membuat daya bius.
      Mutu tidak boleh berlindung dari seeonggok tampilan temporary, sesuatu upaya yang sifatnya hanya sesaat, namun harus dimulai dari nawaitu berupa niatan menanggalkan kesesatan menuju sebuah suguhan managerial yang tepat nan lezat. Jika para tamu merasakannya tentu tidak mudah berkata tidak, jika tamu tamu terhormat kita merasakan ada yang timpang, janganlah meradang.
    Akreditasi itu sejatinya dahsyat, setidaknya akan membuat kita solid dalam pola pikir dan pola tindak, terbangun sebuah integritas, dan dengan akreditasi perguruan tinggi akan membangunkan saraf-saraf yang tertidur selama ini. Instrumen dijawab dengan lugas sembari mencari titik lemah untuk segera dipenuhi, menambal semua kekurangan dan menghidar dari perbuatan curang. Sadarlah bahwa kita sejatinya masih lemah, tapi semangatlah yang membimbing dan mengantar kita, lalu niatan yang kuat akan memsuplai daya yang dahsyat, dan kita menjawab dengan Bisa!.
Mutu harus menjadikan kita sadar, bahwa kemajuan hanya dicapai dengan profesionalitas dengan mengimbangkan atara kuslitas dan bukan hanya sekedar mengejar kuantitas. Mutu bukan dibangun sehari semalam seperti legenda Roro Jongrang, namun diraih bagaikan tahapan fisis dari nol derajat menuju seratus derajat.  Meminjam pemikiran seorang orang bernama Kaizen bahwa sesungguhnya mutu dicapai dengan totalitas dan komitmen positif manajer puncak, tentu di sini pimpinan perguruan tinggi harus lebih totalitas dengan berbagai kerja cerdas.  Strategi dan mental agilitas adalah sebuah modal untuk melahirkan kreativitas yang penuh daya yang amat gigih untuk berinovatisi, kepedulian ditingkatkan tanpa melupakan amanah yang diberikan oleh stakeholdernya.
Tamu kita saat ini sudah siap hadir mari kita sambut dengan Yel-yel yang memotivasi semangat kita dalam kebersamaan “Satu Adi Buana” dengan melafalkan kata “Semangat Pagi” dengan lantang serta kita balas dengan kata  “yes” sebagai ungkapan niat untuk bertanggung Jawab.  Mari kawan kita tunduk kepala sejenak seraya memohon Tuhan penguasa alam, agar semua keinginan kita terekam, berlajut dengan datangnya kemurahan.  

Saturday, March 17, 2018

Akankah Daring dan Distance Learning senasib ikan Louhan dan Anturium Gelombang Cinta?

Musim “daring” dan Musim “Distance Learning”, akankah kering?
Dulu orang pernah terkejut ketika ikan Louhan dari negeri jiran masuk ke Indonesia, semua pingin memilikinya, karena ada keunikan juga ada yang setengah disakralkan, bau bau magis dibumbui pembawa rejeki, alias feng-sui. 


Malaysia saat itu memang berhasil mem-BRANDING ikan berdahi nonong itu. Foto foto keberhasilan “birding si louhan” juga masuk ke dunia internet, buku tentang berternak louhan juga semarak bahkan tabloid khusus ikan louhan juga terbit secara berkala dan rajin menyapa siapa saja yang sedang kasmaran dengan Lohan. Tidak hanya permasalahan berternak tapi berbagai macam asesoris ikut membanjiri benak orang Indonesia. Toko dan pasar ikan Louhan dadakan menjamur, rasanya tema pembicaraan juga tidak pernah sepi dari masalah ikan bermarka itu. Waktu akhirnya juga manamatkan kejayaan sang ikan Louhan, karena semuanya sudah bisa memijahkan. Hukum ekonomi mulai berbicara, ternyata makin banyak persediaan harga juga turun. Hukum ekonomi itu juga menyikat habis kejayaan  sang bunga raksasa yang berjuluk GELOMBANG CINTA. Akhirnya Anthurium yang konon berjaya itu terlumat juga. Kita tentu masih ingat semaraknya sang batu bernama Akik, bahkan presiden Amerika Serikat ke 44 Barack Obama pernah mendapat hadiah batu Akik,  dan berita bersuar seantero dunia, saat itu memang berjaya bahkan membawa gemuruh dunia. Akhirnya pelahan juga hilang ditelan masa. Lalu bagaimana dengan maraknya pembahasan model pembelajaran daring dan distance Learning yang didukung atmosfir era revolusi industri 4.0  akan berjaya dan apakah senasib dengan Louhan? Tebtu jawabnya masih bersifat hipotetis pula. Namun yang harus menjadi pembelajaran bahwa ikan Louhan, anthurium dan Akik, pernah dilumatkan hukum ekonomi tentang surplus dan demam-deman. Secara hipotetis jika semua perguruan tinggi rame rame membuat daring lalu juga distance Learning, hukum ekonomi akan membenarkan hipotesis, bahwa sistem Daring dan distance Learning terlumat juga. Setidaknya akan kembali atau memodifikasi perkawinan model pembelajaran konvensional dengan daring.