GURU BAGAIKAN GAYUNG KAMAR
MANDI
Choirun
nisa merupakan nama yang dimaklumatkan oleh kedua orangtua saya sejak saya
lahir, semoga senantiasa menjadi doa dalam setiap perjalanan hidup saya. Kota udang
yang berada dipropivinsi jawa timur yaitu sidoarjo mrupakan tanah klahiran
tercinta bagi saya. Angka 3 mrupakan angka yang selalu mengikuti kehidupan
saya,30-03-1993 adalah tanggal dimana sa’at itu saya mulai menghirup udara di
dunia ,sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.
Saya
seorang perempuan yang slalu menghayati profesi guru semenjak menginjak kaki di
universitas PGRI ADI BUANA SURABAYA yang sampai saat ini menjadi kampus
kebangga’an saya, FKIP menjadi pijakan kaki saya ketika memasuki UNIPA rofesi guru bukan merupakan
impian dan cita-cita bagi saya tetapi
itulah uatu keinginan orang tua saya yang diamanatkan kepada saya, maka sebagai
anak yang berbakti saya akan menjalankan dengan sepenuh hati berusaha menginternalisasikan
jiwa seorang guru/pendidik kedalam kehidupa saya merupakan sesuatu tantangan
yang begitu menantang dalam perjalanan hidup saya. Alhamdulillah… dengan berada
di tengah-tengah orang hebat di universitas tercinta menjadika saya mudah
menakluka tatangan yang ada, nilai-nilai luhur yang tiada henti dikucurkan, membekukan
naluri untuk menjadi guru itu dihati saya. Semangat dan keyakinan untuk menjadi
guru mulai membara dalam hati, jiwa dan
pikiran saya .
Guru
adalah sesosok manusia yang menpunyai jiwa kasih sayang yang mulia, dengan
segala kasih sayang yang dimiliki, dengan ketulusan ia memasuki jiwa setiap anak
didiknya an segala keikhlasan ia senantiasa memberikan butir –butir ilmu, seta
benih-benih kebaikan dalam jiwa siswanya.
Dalam renungan saya guru ibaratkan seperti gayung yang
senantiasa menjadi perantara bagi air untuk mengalir menyegarkan tubuh kita.
Begitulah guru ia senantiasa mengucurkan, mengalirkan serta menyiramkan ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya agar mereka tidak dahaga serta terbakar dalam
panasnya dunia dan tantangan kehidupan
yang semakin mengancam.
Gayung
selalu berada disamping bak mandi, dia selalu siap menunggu kapan pun seseorang
memerlukan luasnya dan menggunakannya untuk menggayung air ketika seseorang itu
merasa dahaga/gerah. Begitupun guru beliau selalu senantiasa sedia dan setia
untuk mendampingi siswa untuk menggayung ilmu penggetahuan bagi dirinya dan
kehidupanya. Tanpa gayung tak kan seindah da semuda itu kucuran air dapat
mengalir ketubuh setiap manusia, begitu pula ilmu pngetahuan juga takkan
mampu untuk masuk dalam pikiran siswa
dan internalisasi dalam jiwanya tanpa perantara kasih saying dan bimbingan
guru.
Gayung
tak kan pernah meninggalkan kewajibannya dan takkan menolak jika diambil jasanya,
selama bentuk dan wujudnya masih kuat, begitu pula guru ia takkan pernah memberi
batasan ketika siswa membutuhkan jasanya hingga maut atau takdir tuhan sekalian
alam yang membatasinya .
Tiada
kata dan untaian mutiara indah yang dapat meluiskan betapa indahnya jasa
seorang guru , tiada tinggi gunung dan dalamnya laut yang dapat dibandingkan
dan tinggi dan dalamnya seorang guru, tiada luas lautan dan daratan yang dapat
melukiskan luasnya kasih sayang guru bagi siswannya .
Senyum kebanggaan kedua orang tua saya adalah
suatu mimpi bagi saya yang akan senatiasa menjadi pengobar semangat hidup saya
di dunia ini,
DAN
Bisikan
dan suara nasehat mereka adalah sebuah butiran- butiran biji tembaga yang akan
saya susun menjadi sebuah senjata yang akan menjadi pegangan bagi saya selama
hidup ini.
KONTRIBUTOR
Nama : Choirun Nisa’
NIM : 11 800
0040
Kelas : 2011 E
No comments:
Post a Comment