Proofing
merupakan satu tahapan dalam proses pembuatan roti, begitu juga dengan guru
yang termasuk dalam daftar tahapan proses pembentukan jati diri, intelektual,
emosional, bahkan tingkat kematangan sosial seorang siswa. Dengan macam adonan
roti seperti roti abon,croissant, muffins, pizza atau macam roti lainnya, dapat
dikatakan dalam konteks gender laki-laki maupun perempuan. Alat pengistirahatan
adonan setelah proses fermentasi berlangsung ini tujuannya agar adonan
mengembang lebih maksimal. Hasil maksimal inilah akibat dari aliran
listrik yang diibaratkan semangat seorang pendidik saat sepatu dan baju
formalnya beserta tubuh yang penuh dengan bijaksana saat memasuki kelas awal
pagi yang telah mengalirkan semangat pendidikan pada murid-muridnya guna
mendapat hasil pembelajaran yang maksimal pula. Satu alat bagaikan satu orang,
artinya satu proofing dapat digunakan untuk dua puluh hingga dua ratus adonan
roti siap oven. Begitupun dengan satu guru dapat meng-handle beberapa puluh siswa. Padahal seseorang belum tentu dapat
meng-handle dirinya sendiri, apalagi
orang lain.
Proofing
memang panas, tetapi tidak sepanas oven. Dia lebih dingin dibanding perapian,
namun bukan sebuah lemari pendingin. Karena itu, guru bukanlah orang tua
kandung, akan tetapi dapat membimbing bak seorang yang telah melahirkan para
peserta didiknya. Beliau juga bukan orang lain seperti layaknya penjual dan
pembeli di pasar, jika ada dijual maka ada yang diberi. Timbal balik sepadan
bagi pelaku pasar. Tidak demikian bagi serang guru. Mereka memberi namun bukan
untuk dibeli.
Susunan
rak-rak prooving yang begitu rapi dan dengan spasi yang seragam pula mengibaratkan
begitu telatennya serang guru mengajari murid-muridnya dengan terencana dan
tertata rapi pula. Panas proofing yang merata seperti meratanya kasih sayang
guru.
Sebelum
proofing, biasanya adonan telah ditimbang menjadi bagian kecil, dan dibulatkan
terlebih dulu. Begitu pula dengan niat pendidik saat akan berangkat mengajar.
Beliau merencanakan dengan detil proses pembelajaran agar mencapai hasil
maksimal. Jika berlebih, akan terjadi over proofing yang menyebabkan tekstur
roti menjadi terlalu lunak (tidak kokoh). Hal ini sesuai dengan karakter
seorang murid. Guru tidak akan memaksakan kehendaknya jika potensi anak memang
tidak dapat mencapai pada yang diinginkan. Karena beliau menyadari setiap anak
memiliki kemampuan berbeda-beda.
Kestabilan panas proofing
memunculkan harapan supaya keroyalan beliau terhadap dunia pendidikan juga
tetap stabil dan tidak berpaling ke arah profesi lain, dengan tujuan
meninggikan kemajuan pendidikan di bumi ibu pertiwi. Terimakasih atas segala
kucuran pemberianmu. Maafkan semua kesalahan murid-muridmu yang masih merasakan
nikmatnya menjadi seorang anak-anak, tertawa lepas, dan masih mencari jati diri
untuk bekal kelak dikemudian hari.
No comments:
Post a Comment