Seperti garis tangan saja (the rule of thumb), dan sudah merupakan kepastian. Negeri yang dikenal santun saling tolong bahu membahu, ternyata tergolong memilki "produktivitas tawuran". Tentu tak dapat dipungkiri, jika sekarang ini banyak warga bangsa yang saling tak percaya, mudah melepas amarah, tersinggung. Manifestasinya rasa ego mengental, dan rasa aku yang hampir5 tidak bisa ditakar dan ditangkar. Inilah yang menggoda bangsa, dan membuat was-was tingkat tinggi. Lalu apakah bangsa ini mampu mengendalikan fenomena yang cenderung liar?. Jawabnya harus mampu, pendidikan harus dikerahkan, bahkan Guru harus menjadi "sandi operasi" dalam tugasnya. Seperti operasi inteljen, guru harus all-out untuk menanamkan rasa berkawan setia kawan, bukan sebaliknya berlawan, saling melawan.
Pendidikan karakter yang pernah dihidupkan masa Bung Karno, dalam merekat bangsa yang saling pisah, PERLU DIHIDUPKAN KEMBALI DAN DIBIAYAI, itulah sebuah jawaban yang sangat mulia.
Kafe Guru secara perlahan akan memberikan info buku, buku yang perlu dibaca guru:
Kafe Guru secara perlahan akan memberikan info buku, buku yang perlu dibaca guru:
Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter
Judul : Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter
Penulis : Barnawi & M. Arifin
Penerbit : Ar-Ruzz Media
Ukuran : 14,8 x 21 cm
Tebal : 100
ISBN : 978-979-25-4901-0
[]
DITERBITKAN OLEH MA'ARIF INSTITUTE
— bekerjasama dengan sejumlah dinas pendidikan di beberapa daerah, seperti :
Jogyakarta, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Cianjur dan Surakarta
INTI KUPASAN:
Toleransi, Hak Beragama, Hak Menjalankan Praktik Keagamaan, Dakwah: Mengajak Tanpa Memaksa, Berlaku Adil terhadap Perbedaan, Anti Kekerasan, Demokrasi, Memahami dan Mengelola Konflik, Memberi Maaf, Berlomba dalam Kebaikan, Menghargai Karya dan Budaya Bangsa lain, Inklusif sebagai Semangat Peradaban Islam, dan Karakter Inklusif Islam Nusantara.
[]
DALAM PEMBENTANGANNYA BUKU INI MENGATAKAN:
— bekerjasama dengan sejumlah dinas pendidikan di beberapa daerah, seperti :
Jogyakarta, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Cianjur dan Surakarta
INTI KUPASAN:
Toleransi, Hak Beragama, Hak Menjalankan Praktik Keagamaan, Dakwah: Mengajak Tanpa Memaksa, Berlaku Adil terhadap Perbedaan, Anti Kekerasan, Demokrasi, Memahami dan Mengelola Konflik, Memberi Maaf, Berlomba dalam Kebaikan, Menghargai Karya dan Budaya Bangsa lain, Inklusif sebagai Semangat Peradaban Islam, dan Karakter Inklusif Islam Nusantara.
[]
DALAM PEMBENTANGANNYA BUKU INI MENGATAKAN:
Pembentukan karakter harus
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter
tidak akan efektif. Nah, buku ini akan menuntun para guru bagaimana
mengajarkan dan menerapkan pendidikan karakter di sekolah, mulai dari
teori, konsep, model, praktek, dan implementasi.
Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan
menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih
mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademis.
SEMUA TERLIBAT DAN SEMUA MENELADANI
Pendidikan karakter kepada warga sekolah akan efektif jika tidak hanya
siswa, tetapi juga para guru, kepada sekolah dan tenaga non-pendidik di
lingkungan sekolah, semuanya harus terlibat dalam proses penerapan
nilai-nilai kebajikan. Dalam rangka itulah, buku ini berkeinginan kuat
untuk memberi penekanan pada pendidikan karakter sebagai bagian penting
dalam proses pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari keteladanan.
[]
[]
BANGUN KARAKTER SEJAK DI RUMAH
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action).
Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan
karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan
secara sistematis dan berkelanjutan.
Dengan
pendidikan karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak
menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil
dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis
[]
Pendidikan karakter adalah sebuah keharusan bagi suatu bangsa. Karena bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang mempunyai karakter kuat. Tapi karakter kuat tidak ada artinya bila tidak dilandasi dengan akhlak mulia.
[]
BUKU INI MERUPAKAN KOLEKSI PERTAMA KAFE GURU UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER.
Buku buah karya Pak Donny Kusuma ini, merupakan bu8ku yang datang lebih awal dibanding buku-buku pendidikan karakter lainnya.
Lalu,.......dengan cepat disusul buku yang lainnya dan masih berkutat dengan pendidikan karakter. Judulnya:
PENDIDIKAN KARTAKTER DI ZAMAN KEBLINGER
Empat karakter
Kekuatan karakter seseorang dalam pandangan Foerster tampak dalam 4 ciri fondamental yang mesti dimiliki.
Pertama, keteraturan interior melalui mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Ini tidak berarti bahwa karakter yang terbentuk dengan baik tidak mengenal konflik, melainkan selalu merupakan sebuah kesediaan dan keterbukaan untuk mengubah dari ketidakteraturan menuju keteraturan nilai.
Kedua, koherensi yang memberikan keberanian melalui mana seseorang dapat mengakarkan diri teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.
Ketiga, otonomi. Yang dimaksud dengan otonomi di sini adalah kemampuan seseorang untuk menginternalisasikan aturan dari luar sehingga menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat melalui penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan dari pihak lain.
Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang untuk mengingini apa yang dipandang baik, sedangan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. “Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dengan aku rohani, independensi eksterior dengan interior.” Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala tindakannya.
[]
Konsep pendidikan karakter dalam buku ini dibangun secara komprehensif melalui kajian historis,paragdimatis,sampai tingkat praktis.Dengan demikian para pembaca diharapkan dapat memahami konsep pendidikan karakter secara utuh sekaligus dapat mengimplementasikannya pada wilayah praktis. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ndunia pendidikan Indonesia,khususnya pengembangan bermartabat dapat benar-benar tercapai
[]
Kata buku ini, membangun karakter itu tidak boleh setengah-setengah, pendidikan karakter akan terwujud jika ada sinergi positif anatar Rumah dan Sekolah.
Di bangun di sekolah diterapkan dirumah, di bangun dirumah diaplikasikan di sekolah
seperti pikiran resiprokal
[]
Pendidikan karakter adalah sebuah keharusan bagi suatu bangsa. Karena bangsa yang besar dan maju adalah bangsa yang mempunyai karakter kuat. Tapi karakter kuat tidak ada artinya bila tidak dilandasi dengan akhlak mulia.
[]
BUKU INI MERUPAKAN KOLEKSI PERTAMA KAFE GURU UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER.
Buku buah karya Pak Donny Kusuma ini, merupakan bu8ku yang datang lebih awal dibanding buku-buku pendidikan karakter lainnya.
Lalu,.......dengan cepat disusul buku yang lainnya dan masih berkutat dengan pendidikan karakter. Judulnya:
PENDIDIKAN KARTAKTER DI ZAMAN KEBLINGER
Empat karakter
Kekuatan karakter seseorang dalam pandangan Foerster tampak dalam 4 ciri fondamental yang mesti dimiliki.
Pertama, keteraturan interior melalui mana setiap tindakan diukur berdasarkan hierarki nilai. Ini tidak berarti bahwa karakter yang terbentuk dengan baik tidak mengenal konflik, melainkan selalu merupakan sebuah kesediaan dan keterbukaan untuk mengubah dari ketidakteraturan menuju keteraturan nilai.
Kedua, koherensi yang memberikan keberanian melalui mana seseorang dapat mengakarkan diri teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang.
Ketiga, otonomi. Yang dimaksud dengan otonomi di sini adalah kemampuan seseorang untuk menginternalisasikan aturan dari luar sehingga menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat melalui penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan dari pihak lain.
Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang untuk mengingini apa yang dipandang baik, sedangan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Kematangan keempat karakter ini, lanjut Foerster, memungkinkan manusia melewati tahap individualitas menuju personalitas. “Orang-orang modern sering mencampuradukkan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dengan aku rohani, independensi eksterior dengan interior.” Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala tindakannya.
[]
Konsep pendidikan karakter dalam buku ini dibangun secara komprehensif melalui kajian historis,paragdimatis,sampai tingkat praktis.Dengan demikian para pembaca diharapkan dapat memahami konsep pendidikan karakter secara utuh sekaligus dapat mengimplementasikannya pada wilayah praktis. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi ndunia pendidikan Indonesia,khususnya pengembangan bermartabat dapat benar-benar tercapai
[]
Kata buku ini, membangun karakter itu tidak boleh setengah-setengah, pendidikan karakter akan terwujud jika ada sinergi positif anatar Rumah dan Sekolah.
Di bangun di sekolah diterapkan dirumah, di bangun dirumah diaplikasikan di sekolah
seperti pikiran resiprokal
No comments:
Post a Comment