Google

Monday, December 10, 2007

EVALUASI KURIKULUM DALAM



PENGANTAR

Kurikulum saat ini perannya sangat strategis, mulai sebagai pedoman dalam pelaksanakan akademis, hingga sebagai sarana persaingan. Akibat peran yang strategis ini memungkinkan kurikulum untuk dijadikan sentra pencermatan. Sisi lain akibat kemajuan teknologi yang tidak mungkin dibendung sehingga kurikulum sering mati muda, artinya kurikulum membuat dirinya selalu tertingal jauh dengan realitas sosial, sehingga gap antara printed curriculum dengan real curriculum sulit dihindari.
Berubahnya pradigma baru dari paradigma kurikulum yang dikendalikan oleh institusi sekolahp [driver instution/driven school] menuju kurikulum atas keinginan para pemakainya [driver customer]. Kenyataan ini memungkinkan keterlibatan semua pihak [stakeholder] dalam menetapkan isi arah kebijakan pembuatan kurikulum yang acap kali di kenal dengan neeed assesment. Dinamika perkembangan juga merupakan variabel yang tidak boleh diabaikan, inilah yang memungkin kurikulum harus di evaluasi secara cermat dan cerdas. Namun demikian siapakah yang harus melakukan evaluasi, dan mekanisme apa saja yang harus dijadikan indikatornya inilah titik pencermatan dalam pelatihan ini.




MENGAPA EVALUASI


Meminjam buah pikir dari Audery dan Hovard Nicholls dalam bukunya yang berjudul Developing Curriculum : A Practical Guide 1978, menyatakan bahwa sebuah kurikulum harus tidak boleh retan adanya revisi apalagi adanya keinginan memproteksi, sisi lain terkait dengan makin ketatnya persaingan antar perguruan tinggi dalam membangun keunggulan komparatif dan keunggulan kempetitif. Keunggulan daya kompetitif yang dibangun biasanya diarahkan kepada pengembangan keunggulan dari visi program studi, sebagai gugus terdepan perguruan tinggi.
Visi program studi inilah yang dapat dijadikan daya tarik, sehingga memungkinkan calon mahasiswa memilih program studi sesuai dengan minat dan yang dicita-citakan.
Untuk memandu dalam mendekatkan penyusunan visi program studi perlu diperhatikan serangkaian pertanyaan berikut :


  1. Apakah kekhasan dari program studi dikaitkan dengan kurikulum kita?
  2. Nilai [values] apa yang dianut oleh program studi? Bagaimana nilai tersebut dapat memberikan arah kurikulum kita kemasa depan yang menjadi perioritas program studi?
  3. Apakah kebutuhan stakeholder yang dapat diberikan/dipenuhi oleh program studi terkait dengan kurikulum yang kita rancang?
  4. Apa yang dapat dijadikan jaminan oleh program studi [khususnya yang terkait dengan kurikulum] agar program studi tetap memiliki komitmen pada visinya
  5. Apakah jaminan tersebut dapat diandalkan /[reliable]



KEKUATAN MODEL NICHOLLS UNTUK EVALUASI
Melakukan :
Situasional analysis [analisis situasi]
Selection of objective [seleksi tujuan]
Selection and organization content [seleksi dan organisasi isi]
Selection and Orgnization methods [Seleksi dan organisasi metode]
Evaluation [evaluasi]

DARI DRIVER INSTITUTION KE DRIVER CUSTOMER
Ketika paradigma berubah dalam memandang kurikulum, semula meletakkan institusi/universitas merupakan penentu segalanya, kini berbalik customer dalam hal ini penguna adalah sumber inspirasi yang harus dikuti. Inilah yang memungkinkan dalam merancang kurikulum melibatkan pihak yang berkepentingan yakni stakeholders terdiri dari mahasiswa, orangtua mahasiswa,dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang. Paradigma ini akhirnya mensyaratkan sebuah kurikulum harus memenuhi kebutuhan stakeholder, yang dalam pencermatan sebuah kurikulum yakni tereliminasinya gap, yang memberikan jarak antara relevansi kompetensi lulusan dengan kebutuhan stakeholders.
Kompetensi relevan yang dibutuhkan oleh stakeholders dicapai hanya melalui kurikulum yang memenuhi dinamika perkembangan tekonologi dan seni. Artinya dalam menetapkan kurikulum yang memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan , tidak dilakukan oleh pihak program studi sendiri secara internal, namun harus dilakukan melalui proses penetapan yang melibatkan stakeholders.
Langkah awal yang acapkali dilakukan adalah sebuah kegiatan yang amat sederhana dengan mengundang berbagai komponen stakeholders untuk memberikan masukkan. Lebih lanjut juga dapat dilakukan dengan model pelacakkan [studi sinyal pasar] kompetensi yang dibutuhkan. Untuk membantu memastikan bahwa proses pelacakan kebutuhan stakeholders telah memenuhi kebutuhan minimal, perlu diperiksa diantaranya adalah :



  1. Apakah sudah dikumpulkan berbagai kompetensi yang dibutuhkan stakeholders;
  2. Apakah unsur-unsur stakeholders yang minimal [pemakai/user, masyarakat, pemerintah, asosiasi profesi, dll] sudah diikut sertakan ?
  3. Bagaimana tingkat kepuasan stakeholders dalam menggunakan lulusan?
KONSEP PENJAMINAN MUTU:
  • Sekolah sebagai institusi pendidikan dinyatakan bermutu atau kerkualitas, jika :
  • Sekolah tersebut mampu menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya [amanat KTSP] Aspek deduktif
  • Sekolah sebagai institusi tersebut mampu memenuhi kebutuhan stakeholders àAspek induktif, berupa:
  1. kebutuhan masyarakat [societal needs]

  2. kebutuhan dunia kerja [industrial needs]

  3. kebutuhan professional [professional needs
Dalam melakukan evaluasi kurikulum dapat pula dilakukan melalui benchmarking, dengan bencmarking ini akan kita kita lakukan pembandingan efektivitas, efesiensi, kualiatas atau produktivitas sebuah kurikulum. Dalam melaksanakan bencmarking sedikitnya ada dua manfaat yang kita raih, diantarannya adalah :
Benchmarking ditujukan langsung pada peningkatan efesiensi, efektivitas, kualitas dan produktivitas.
Mengarah pada suatu reorientasi budaya menuju pembelajaran [learning], perbaikan yang selanjutnya mengarah ke suatu proses pengembangan keunggulan.
Dalam mencapai keunggulan ini pada hakikatnya sangat tergantung pada tingkat keluasan pandangan kita, makin luas cakrawala pandang, semakin unggul dalam penyampaian.
Secara analisis bencmarking dapat dibedakan menjadi tiga kategori:
  • Benchmarking intern [internal benchmarking] berhubungan dengan perbandingan yang dibuat dalam organisasi yang sama/se level, antar program studi dalam ligkup perguruan tinggi.

  • Benchmarking ekstern [external benchmarking] membuat perbandingan dengan kegiatan yang sama dengan perguruan tinggi yang lain.

  • Benchmarking fungsional [funcional benchmarking] adalah kategori yang ketiga dan yang mungkin paling menarik. Pembanding dibuat antara fungsi dengan proses yang berlainan. Ide dasarnya adalah mencari keunggulan di manapun dijumpai
Di antara ketiga kategori tersebut yang dipilih sangat tergantung pada situasi dan dimana Benchmark terbaik dijumpai. Berikut tabel yang menunjukkan jika kita melakukan benchmark.



  • KONSEP BECNHMARKING
    Tidak berangkat dari pikiran yang kosong, kita harus memiliki, konsep atau produk terlebih dahulu

  • Tujuan utama mencapai keunggulan

  • Cari Benchmark yang MENDUNIA

  • Kagiatan kehendak proaktif
RUJUKKAN YANG DIGUNAKAN

Agus Suryana [2004]. Kiat dan Teknik Evaluasi Pelatihan : Penerbit Progres Jakarta
Bengt Karlf & Svante stblom [1996]. Benchmarking : PT Penerbit Andi Ofsset Yogyakarta
Djoko Wiyono [1999] Menejemen Mutu Pelayanan Kesehatan : Airlangga Universty Perss
Dale H. Bestyerfield [2004] Quality Control Pearson Education Upper Saddle River, New Jersey Columbus, Ohaio 107 : 118



No comments: