Google

Monday, July 13, 2009

SEKOLAH BUKAN PASAR

CATATAN OTOKRITIK SEORANG GURU
Kian hari guru di negeri ini bukankah agen pemberi kebijakan, pemberi kecerdasan manusiawi, pelatih kedewasaan, melainkan menjadi agen kebohongan dan ideologi yang harus disebarluaskan oleh birokrat pemegang keputusan yang notabene adalah atasan guru.
Pada gilirannya sekolah menjadi pasar paling potensial untuk dimasuki lewat birokrasi urusan pendidikan
[]
.......... tulisan ini tertera di sampul bagian belakang
()
Buku ini memotret fenomena yang terjadi di belantika belantaranya pendidikan, bahwa tengara jelas nampak di permukaan, bahwa sekolah kali ini kerap sebagai ladang mencari keuntungan lewat paket buku pelajaran, kain seragam, alat tulis, biro wisata, atau lembaga kursus. Fenomena ini akhirnya membebani masyarakat dengan berbagai pengutan. Sekolah pada saatnya dibebaskan dari suasana bisnis yang dilakukan oleh siapa pun terlebih oleh birokrat pendidikan nasional, kepala sekolah, atau guru, dengan dalih apa pun.
Fungsi pejabat departemen pendidikan, kepala sekolah, atau guru adalah mendidik, bukan sebagai pedagang, calo, makelar, blantik, atau rentenir bagi berbagai produk Industri. Pencampuradukan peran-peran pendidik dengan calo tersebut akan merusak sistem pendidikan nasional dan tidak lagi terbedakan sekolah sebagai tempat mencari ilmu pengetahuan dengan pasar sebagai tempat berjual-beli.
[]
Tulisan di atas adalah salah satu dari sekian banyak temuan seorang ST.Kartono, dan menjadi pemicu untuk dironce sehingga terwujud buku ini. Penulis buku menggambarkan sebagai otokritik, karena penulis adalah juga seorang guru. Buku yang merupakan bunga rampai ini, adalah kumpulan sebagian tulisan yang pernah muncul di rubrik catatan pendidikan, dialektika, opini, fenomena, sampai desain di Kompas Minggu.
Penulis mendedikasikan karyanya kepada siapa saja yang mengatur pendidikan di negeri ini agar kebijakan-kebijakannya kian membumi. Termasuk kepada guru agar tergerak selalu merefleksikan setiap persoalan dan pengalaman di lapangan.
[]
Yang di bahas:
[BAB I : SEKOLAH DI ZAMAN KINI]
Sekolah Terus Menjadi Pasar
Sekolah Swasta di Era Otonomi
Berharap pada Akreditasi Sekolah
Kepala Sekolah, Antara Korupsi dan Otonomi
Buku Mahal, Siapa Bisa Atasi?
Pungutan di Sekolah, Siapa Peduli?
Siapa Peduli dengan Mahalnya Sekolah?
Ada Banyak Proyek di Sekolah
Jika Kepala Sekolah Dipilih Sendiri
Mudahnya Memperkarakan Kepala Sekolah
Siapa Sudi Hentikan Ujian Nasional?
Mensyukuri Ketidaklulusan UN
Robohnya Sekolah Kami
Pembiayaan Subsidi Silang
Ihwal kekerasan di Sekolah
Sistem Kuota Penerimaan Siswa Baru
[]
[BAB: 2 TERGANTUNG PADA GURU]
Guru, Antara Profesi dan Panggilan Hati
Kepala Sekolah dan Guru, Mulailah Bertindak!
Mencari Guru Kreatif
Pengalaman Ikut Sertifikasi
Menunggu Tunjangan Profesi Guru
KTSP Menuju Kerikulum "Less Is More"
Mengembangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Memperlakukan Insentif Guru
Gaji ke-13 untuk Guru Swasta
UU atau Pengajaran Bahasa
Mempertanyakan Hasil Ujian Nasional
Guru Bantu, Wiyata Bakti, Honorer, dan Eceran
[]
[BAB 3 MENGAJARKAN KEUTAMAAN]
Anak-anak Kita Kehilangan Imajinasi
Menimbang Kemanusiaan Anak-anak Kita
Pentingnya Bimbingan Konseling
Membiasakan Refleksi di Kelas
Mengajarkan Kesetaraan Jender
Mengajarkan Kejujuran
Mengasah Imajinasi di Kelas
Belajar Menerima Perbedaan
Bahasa Anak-anak kita
Menerima Kekalahan
Bunuh Diri di Mata Anak-anak kita
Memahami Gusur-Menggusur
"The Condom Kingdom"
Gedung Sekolah Tua Lebih Manusiawi
Mencari Sosok Pahlawan
Sosok Pahlawan di Atas Uang Kertas
[]
Data buku
JUDUL: Sekolah Bukan Pasar
PENULIS: ST.Kartono
PENERBIT: Penerbit Buku Kompas. PT. Kompas Media Nusantara. Jl. Palmerah Selatan 26-28 Jakarta 10270. E-mail: buku@kompas.com
ISBN: 978-979-709-426-3
TEBAL: x + 222 halaman ; 14 cm x 21 cm
CETAKAN: Juni 2009
.

No comments: