Google

Tuesday, November 24, 2009

5 PENYAKIT MEMATIKAN PROFESI GURU

Herman JP Maryanto seorang guru yang digugu dan diru, melakukan olah karya dari tumpukkan refleksi proses memelajarkan. Pengalaman dan beberapa tumpukkan kesedihan, keprihatinan ketika menerangkan kondisi pendidikan direnda menajdi buku. Tulisannya di daratkan agar semuanya menjadi nikmat ketika disantap. Isi buku ini berkualitas dan wajib diacu para guru, karena bukan hanya hakikat dan filsafat yang tersuguh di buku ini namun nasihat nyang membuat guru melesat dalam profesi yang dahsyat. Jika guru cermat membaca, dalam buku ini tersimpan sebuah potensi yang berbuah motivasi.
Buku yang merupakan hasil refleksi Herman setelah sekian lama berkecimpung dalam dunia pemelajaran di sekolah ini, mengungkap permasalahan proses pemelajaran yang rapuh akibat penyakit kronis profesi guru. Kehadirannya untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang kronis tadi. Adapun 5 penyakit dan cara penyembuhannya diuraikan sebagai berikut.
PENYAKIT PERTAMA: " KURAP" & "KUDIS"
KURAP [KURAng-Persiapan], yakni penyakit yang menggambarkan pola sikap guru yang memandang remeh profesinya, sehingga dalam pemelajaran cenderung menganggap enteng masalah, sehingga miskin dalam persiapan ketika akan menjalankan kewajibannya.
KUDIS [KUrang-DISiplin], akibat lanjut adala pola sikap yang mencerminkan tindakan guru yang tidak disiplin. Setiap yang dilakukan tidak tepat waktu (on time), tidak tepat penyampaian (on delivery), tidak sesuai rencana pembelajaran, tak sesuai silabus atau kurikulum (on spefication).
Buku ini menawarkan solusi ketika guru sedang dilanda penyakit "KURAP" dan "KUDIS", yakni guru dianjurkan mengonsumsi "SALAK". Yakni sebuah akronim dari SiAp-LAKsanakan. Guru harus serta mengubah perilakunya, meningkatkan profesinya. Harus berani melawan KURAP dan KUDIS.
PENYAKIT KEDUA "SEMBELIT"
SEMBELIT [SEdikit MEmbaca LITeratur]. Kurang baca, miskin informasi, akibat lebih jauh sulit menangkap resonansi kemajuan, tidak up to date, ketinggalan jaman, kurang pergaulan akan dialami oleh seorang orang yang kurang baca. Guru lupa bahwa jaman menghendaki perubahan detik perdetik. Solusi yang disarankan buku ini adalah mengonsumsi KESEMEK, alias KEmbangkan diri SEkurang-kurangnya MEmbaca, Koran. Jika "Kesemek" ini dilakukan guru akan serta merta mendapatkan predikat agen perubahan, setidaknya agen informasi yang terbarukan. Tidak ada solusi yang canggih kecuali meningkatkan etos baca, semangat menggali informasi.
Disisipkan pula kata bijak terkait dengan penyakit Sembelit in:
"Guru yang sakit, tidak berkualitas, sejatinya lebih bahaya dari pada obat terlarang"
PENYAKIT KETIGA: "BATUK ASMA"
BATUK ASMA: Belajar Atau Tidak Urusan Kemudian, ASal Materi Abis]. Penyakit ini adalah jenis penyakit kronis yang acap kambuh karena kuatnya instruksi yang dipersepsi keliru. Semuanya dipaksakan, target dijadikan acuan, namun lupa tahapan kadang juga lupa urutan. Pokoknya, kata pokoknya lebih mendominasi, daripada kata hati. Paradigma mulai berbelok dan bengkok. Menghabiskan materi adalah suatu kebenaran walaupun tak melewati sebuah aturan akademi.
Buku melihat kejadian ini bersolusi untuk segera mengobati, obat yang ampuh adalah buah MANGGA-[Mengajar Anak NGGak/tidak Asal-asalan]. Solusi ini memberikan pemahaman agar guru harus membekali diri cara pandang yang terhormat dan cermat melihat muridnya. Murid bukan botol kosong yang diisi sesuka hati, guru tidak laik memperkosa pikiran anak. Seakan dijejalkan. Anak sebagai siswa harus dilihat sebgai manusia yang memili daya kembang, bahkan harus diketahui murid zaman ini cenderung kaya informasi.
PENYAKIT KEEMPAT: "SARIAWAN"
SARIAWAN [Siapkan Anak-anak dengan Ringkasan, Aman Waktu Ujian]. Penyakit ini selalu mewabah dan mengindapi para guru pada saat-saat menjelang dilaksanakan Ujian Nasional (UN). Hampir semua guru yang mengajar di kelas-kelas terakhir terindap penyakit ini. Guru-guru "Sariawan", sekilas nampak pintar, hebat, memiliki jurus-jurus jitu menjawab lusinan soal, namun sebenarnya, mereka tidak memberikan apa-apa kepada para muridnya kecuali pembodohan.
Untuk meredakan sakit "Sariawan" dapat makan APEL (Arahkan dengan Proses yang bEnar, dan Latihan]. Dengan buah "Apel" guru diharapkan bisa dengan sabar membimbing,mengarahkan melalui proses pembelajaran yang sistematis sesuai dengan perkembangan murid. Lakukan pemelajaran yang mementingkan pada proses yang runtut sistematis, strategik, tidak sak dek sak nyet (secara tiba-tiba).Tidak sekedar berorientasi kepada hasil akhir yang berupa angka UN.
PENYAKIT KELIMA :"MENCRET dan MULLES"
MENCRET [MEngajar NroCos Terus]. MULLES [MUTu Lulusan LESU]. Banyak penykit ini hinggapi guru, kendati pintar namun miskin metoda pemelajaran, cenderung ceramah dan konvensional. Dan pengajaran yang cenderung ceramah atau nerocos terus dijamin tidak didengarkan muridnya.Kalau pada saat pelajaran para murid tidur dapat diprediksi hasilnya nol tidak bermutu, alias "LESU".
Untuk menyembuhkan sakit "Mencret - Mulles" perlu menelan "ASPIRIN" [Ajari Siswa dengan Penuh Inisiatif-Reflektif dan INspirasi].Upaya dapat berupa cara-cara penggunaan strategi mengajar [Metodologi] yang variatif, memperhtikan modalitas belajar murid, gaya belajar dan yang penting murid menjadi senang belajar.
Data buku
JUDUL: 5 Penyakit Mematikan Profesi Guru. Refleksi Proses Pemelajaran
PENULIS: Herman JP. Maryanto
PENERBIT: PT. SZentra Jaya Utama. Jl. Pelepah Kuning I Blok WA I No. 12 A. Kelapa Gading, Jakarta.
ISBN: 978-979-26-9909-8
TEBAL: xii + 144 halaman: 13,5 x 20 cm
CETAKAN: 2008
-

1 comment:

Herman JP. Maryanto said...

Mas Djoko, maturnuwun nggih, resume dan komentar ipun