Google

Wednesday, November 8, 2017

INSPIRATION TEACHING ERA DISRUPTION



SEKILAS ERA DISRUPSI
Era disrupsi tepatnya adalah sebauh era yang ditandai dengan hilangnya kemampaan dan manusia dituntut dengan dinamika daya tinggi, adaptasi adalah kunci yang dijadikan modal dalam menghadap era ini. Orang selalu tergoda rasa nyamannya karena teknologi informasi komunikasi yang sangat deras. Perkembangan yang begitu cepat serasa diantar gelombang dahsyat, bahkan perubahan itu sendiri tidak mampu puala mempertahankan waktu hidupnya. Penggadaan informasi begitu berderajat lipat, secara eksponensial berita melesat dalam kuantita.
Era disrupsi juga dikatakan sebagai era yang menggoda, teknologi selalu mati muda, tak pernah teknologi menjadi tua, silih berganti, lalu tergantikan secara serta merta. Realita inilah yang membuat semua lini kehidupan harus memilki daya suai, tidak menyesuaikan akan kehilangan momentum. Dan kehilangan memonentum sama halnya kehilangan motivasi berlajut hilangnya eksistensi. Era ini juga memasuki relung pendidikan, dulu kamus yang tebal menjadi kunci dalam menerjemahkan keterbatasan bahasa, sekarang secara automatic sudah langsung akses tanpa harus mencari cari kata demi kata. Dalam era ini pembelajaran harus menyesuaikan, terminologi pendidikan banyak berubah, Guru kadang dilindas akan percepatan informasi, kadang siswa lebih cepat memperolehnya dibanding gurunya, lalu bagimana sikap guru yang sarwa ketinggalan itu. Inilah yang dikatakan eksistensi Guru sedang digrogoti eksistensinya.
Saat kemarin presiden Joko Wi mengatakan peran Guru tak mungkin tergantikan (amanat pembina upacara saat HUT PGRI 72 di Bekasi- 02 Desember 2017), benar jika Guru hanya difungsikan sebagai pengawal nilai-nilai dan penjaga martabat, namun jika Guru sebagai agen perubahan yang membawa “kebaruan” (novelty), maka tututan memahami masa depan, maka anyaman jika tidak segera menyamakan resonansi kemajuan.



KIAT PENYELEMAT GURU DI ERA DISRUPSI:
Tentunya fungsi guru harus menjadi nahkoda yang selalu menavigasi kemajuan, memberikan wadah kreatif, melapangkan ruang dialog terbuka. Guru harus lebih menjadi fasilitator bijak, dan berupaya menjadi seorang orang yang menggargai kecerdasan, dan tidak gampang melakukan generalisasi atau penyamaan, keunikan adalah sesuatu yang acapkali muncuil di era ini, lalu bagaimana sikap guru yang disarankan di era ini.          
Kita kenal dengan era Disruption tepatnya juga disebut sebagai era penggoda, di era ini sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi atau dengan kata lain kemajuan teknologi utamanya teknologi informasi maka memberikan dapak disegala bidang, teramsuk bidang pembelajaran.. Profresionalisme seorang-orang sekarang harus lebih komprehensif, dan pendekatannya harus beranjak dari yang bersifat atomistik menuju yang lebih holistik. Intinya dalam era ini sangat memulyakan eksistensi manusia, maka manuasi haru menempati tahta terhormat dalam kehidupan. Era ini menyarankan seorang profesionalis Guru harus menjadi insan yang penuh empati dan simpati. oleh karenanya segala bentuk tindakan tidak boleh lepas dari cara-cara memanusiakan manusia.
Berangkat dari pemikiran itu maka saya angkat kembali tulisan yang lama yang dianngap dapat menjawab tantangan era disruption itu. Adpun tulisan itu saya angkat utuh di blog ini. Karya itu merupakan karya yang pernah dibentangkan pada acara Dies Natalis Universitas Adi Buana Surabya, selangkapnya sebagai berikut.

MENJADI PENDIDIK YANG EMPATI DAN INSPIRATIF
Disampaikan pada :
06 April 2016
DALAM RANGKA DIES NATALIS 45 – LUSTRUM IX
UNIVERSITAS ADI BUANA SURABAYA

Guru itu merayu, bukan memaksa
Guru  itu pelayanan sejati dan mulia,
Guru membuat senang, menghindari caci maki
Guru membangun hati, sehingga apa saja yang disampaikan teresapi.
Lalu Guru Inspiratif:
 Jika dan jika, merayu, member layanan, membuat senang, membangun hati

Oleh;
djoko adiwalujo
[adiwalujo@gmail.com]

PENGANTAR

Guru yang lelap tidur, kurang sadar jika dirinya dalam sebuah perbincangan, dicibir dan tiada rasa kuatir.  Guru sebagai pendidik dituntut meggunakan “mesin dahsyatnya”, berupa otak yang cerdik, hati mulia untuk selalu dan selalu berkreasi, inovasi ke dalam ranah yang penuh empati dan inspirasi.
Pembelajaran dengan segenap metodenya, yang beriringan dengan modelnya penyajian, adalah salah satu serpihan teknologi yang harus dimodali khasanah Inspirasi. Kini di altar pendidkan muncul karya-karya unggul, konsekuensinya adalah pentinya pola sikap isnpiratif, tanpa inspirasi yang memadai semuanya hanya sebuah teori.
         Saat ini dalam proses pembelajaran, mulai dari paradigma, model dan penerapannya,  misalnya dari Quantum Teaching, Quantum Learning, Cooperative Learning, hingga Contextual Teaching Learning. Atu model-model lain yang kadang bikin pening, kadang pula juga mengundang tanggapan miring, Tanpa adanya daya suai yang tinggi, tetap saja menjadi pembelaran yang membeku. Ada Conditio Sine Quanon atau suatu keharusan yang tidak perlu penawaran, guru harus berubah, karena sosok guru yang senang pada perubahan atau kebaruan (Novelty) adalah guru yang diterima zaman. Guru yang enggan berubah akan mudah kehilangan roh mulia sebagai pendidik, karena sejatinya guru lahir sebagai agen perubahan. (agent of change)

GURU INSPIRATIF CENDERUNG  KREATIF
CIRI GURU yang INSPIRATIF itu, guru yang memiliki:
  • Kelincahan mental [mental agility]
  • Berfikir ke segala arah [divergent thinking]
  • Fleksibilitas konseptual [conceptual flexibility]
  • Originalitas [originally]
  • Lebih kearah kompleksitas daripada simplisitas
  • Latar belakang yang merasang [stimulating background]
  • Kecakapan ganda [multiple skills]

CIRI-CIRI PENDAMPING
1.       Kemampuan kerja keras [capacity for hard work]
2.      Berpikir mandiri [independent judgment]
3.      Tidak putus asa [resilience]
4.      Mampu berkomunikasi [good communicators]
5.      Lebih tertarik pada konsep daripada  masalah masdalah yang sumir [interested more in concepts than in details]
6.      Keinginan tahu [intellectual curiosity]
7.      Adanya rasa humor dan fantasi [sense of humor and fantasy]
8.     Mencari unsure yanbg menarik [interesting]
9.      Arah hidup yang jelas [sense of density/sense of mission]

SITUASI YANG KONDUSIF MELAHIRKAN SIKAP YANG INSPIRATIF
  1. Kejujuran [honesty]
  2. Penghargaan pada mutu [appreciation of quality]
  3. Keinginan tahu [intellectual curiosity]
  4. Ambisi yang sehat [healthy ambition]

Kejujuran :
Sikap yang inspiratif memerlukan dukungan ini. Alasan yang mendasar karena ada kecenderungan orang dengan mudah meniru dan menggandakan/mengemitasi. Originalitas hatrus di proteksi.

Penghargaan pada mutu
Penghargaan pada mutu adalah ladang subur tumbuh kembangnya  kreativitas, tanpa adanya penghargaan mutu orang cenderung menarik diri untuk berjalan pada kondisi normal, tanpa melakukan lompatan-lompatan  ke depan.
Imaginasi akan berkembang pada koridor ini, sehingga orang tidak akan melakukan 


Keinginan tahu:
Seorang-orang yang kreatif mempunyai keinginan tahu yang tidak habis-habisnya, ibarat pantai pantang surut airnya. Keinginan tahu selalu jadi pintu gerbang bagi orang berbuat yang menggoncang dunia.

Ambisi yang sehat.
Tidak hanya sekedar ingin tapi sudah bagian dari hidup seorang yang memiliki ambisi sehat, yang secara terus menerus menambah deretan keinginan. Ambisi sehat bagaikan air bah yang sulit untuk dibendung .


Guru EMPATI ADALAH GURU MENYEGARKAN
fun way to support the objective of presentation
 [Svendsen, 1996].

        Bahkan hampir dipastikan semua aktivitas manusia memerlukan kehadiran suasana yang menyegarkan. Guru harus membekali dirirnya untuk membuka suasana segar dalam pembelajaran. Kelak jadilah Guru yang berpatron “pelepas dahaga”. Mengapa pelepas dahaga? Setidaknya ada dua maksud, Guru dalam praktik profesionlnya  bertindak sebagai “pelepas dahaga”:
Pertama: mengarahkan atau memfocuskan setiap pembicaraan harus menarik perhatian, menyenangkan bukan menyengsarakan.
Kedua:membuat  lawan bicara diberbagai suasana saling mengenal dan akan menghilangkan jarak mental sehingga suasana menjadi benar-benar rileks, cair dan mengalir. Untuk mencapai itu, harus menjadikan diri kita  sebagai”soft drink”. Guru  harus mampu bertindak mennjadi 7-Up, Fanta dan Coca-Cola.



JIKA Guru  SEPERTI 7-UP

           7-up itu lebih tersosialisasi sebagai minuman segara penahan dahaga. Namun 7-Up dapat dijadikan sebuah jargon pendongkrak semangat. Jika gemud mampu melihat dirinya sebagai manusia pembangkit semangat, dan mampu berperan sebagai pelepas dahaga sungguh luar biasa. Lalu apa hubungannya dengan 7-up itu? 7- Up itu dimaksud mendongkrat pola komunikasi gemud yang harus di-“UP”.  Semuanya terbentang berikut: 
  1. Wake Up [bangun]: Tidak peduli beberapa banyak kali Anda gagal, tetapi jika Anda lebih banyak bangun dan memulai lagi Anda akan sukses
  2. Dress Up [berhias]: Kecantikan dari dalam jauh lebih penting daripada sekedar hiasan luar sementara. Milikilah mentalitas berkelimpahan, hasil dari suatu harga diri dan rasa aman yang mendalam. Mentalitas ini menghasilkan kesediaan untuk berbagi penghormatan, laba dan tanggung jawab
  3. Shut Up [berhenti bicara]: berhentilah berbicara tentang kesuksesan masa lalu. Sudah saatnya menfokuskan diri untuk kesuksesan masa depan
  4. Stand Up [berdiri]: Berdirilah teguh pada keyakinan awal bahwa Anda pasti berhasil
  5. Look Up [Pandanglah]: Saat peresmian Disney Land, seorang wartawan bertanya kepada isteri Walt Disney, "Bagaimana perasaan bapak kalau melihat impiannya terlah menjadi kenyataan dengan dibukanya Disney Land ini ?" Isteri walt Disney menjawab,"Ia telah melihat ini semua terjadi sebelum proyek ini terbentuk." Lihatlah semua impian Anda dalam imajinasi Anda seakan-akan semuanya telah terjadi
  6. Reach Up [capailah]: Capailah sesuatu yang lebih tinggi dari prestasi sebelumnya karena itumenandakan bahwa Anda memang bertumbuh
  7. Lift Up [naikkan]: Naikkan semua impianmu dalam bentuk doa ucapan syukur seakan-akan semuanya telah terjadi.
Ciri Guru yang tidak segar cenderung dan cenderung menjadi manusia kadaluarsa
  • Berpikir bahwa dirinya bukan sumber solusi
  • Menempati posisi/peran sebagai korban orang lain
  • Menempati posisi/peran sebagai korban perubahan
  • Tidak memilki tujuan yang jelas
  • Cenderung menolak fakta, lari dari kenyataan, mudah konflik, tidak memiliki komitmen dan sangat mudah ingkar janji
Ciri Guru yang segar Proaktif:
  • Memiliki tujuan yang jelas dan memilki komitmen untuk memperjuangkan
  • Memiliki nitan dan komitmen yang kuat
  • Menempati posisi/peran sebagai penentu keputusan
  • Mampu mengantisipasi perubahan
  • Mampu menjalin hubungan dengan orang lain secara harmonis dan sling pengertian
  • Menempatkan diri sebagi sumber solusi atas masalahnya, atau masalah orang lain
MENAIKKAN LEVEL DARI GURU “GERSANG”
MENJADI GURU “SEGAR”
Dalam menaikkan level tersebut, harus dibarengi dengan strategi mengemas tejuan dengan baik. Kemasan itu disebut dengan S-M-A-R-T.  Banyak orang menyebutnya “Formula SMART” [Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Time Scale]
  • Specific: adalah jelas, utuh, dan berbentuk sebuah simpulan tunggal. Jika di metaporakan seperti kita sedang menedang bola dengan sasaran spesifik gawang lawan.
  • Measurable: adalah memiliki ukuran yang berberbentuk padanan fisk agar kita mudah mengukur. Artinya harus lebih oprasional
  • Attainable; adalah memilki kelayakan rasional untuk kita capai. Kalau langkah kita sudah sampai pada anak tangga ke tiga, tentu sangat mask akal kalau kita punya keinginan naik ke anak tangga keempat.
  • Relevant; adalah memiliki tingkat relevansi yang tinggi dengan kondisi diri kita, guna membangkitkan motivasi dalam diri kita
  • Time Scale, adalah memiliki jenjang waktu [tahapan] untuk mencapainya, dan bukan sekaligus.
GURU SEPERTI FANTA:
Sementara ada yang mengatakan, Saat tepat untuk berekspresi diri dan mencari jati diri, mampu mencairkan suasana setiap aktivitasnya, piawai menyampaikan pesan dan selalu membuat suasana segar.
Guru selalu ria dan berfantaria, apa fanta-ria itu?
Jawabnya Guru harus  seperti Fanta.

F
FRIENDLY:
        Sebuah formula yang menakjubkan jika Guru memodali dirinya dengan “Friendly Formula’, yang terdiri dari:
  • Look Friendly
  • Feel Friendly
  • Sound Friendly
Look Friendly: Guru  yang memiliki performa yang menyenangkan, bersahabat, kasih sayang. Performa ini hadir tidak hanya pada berkomunikasi berlangsung, namun dimana berada, sedang kegiatan apa saja, harus ber-FANTA-ria. Tampat bersahabat, bukan tampak penjahat
Feel Friendly: Lemah lembut, komunikasi hati, mudah melepas maaf, obral pujian, adalah indikasi Guru yang punya “rasa”, cerdas budi dan cerdas hati.
Sound Friendly: Berkata dengan halus, lebih bertindak cerdas, rendah hati. Tidak pernah melepas kata-kata yang penuh dengan sinisme, justru sebaliknya selalu menggunakan kata-kata yang menyejukkan.

A

ATTENTION/ PERHATIAN:
Strategi ini menekankan pada suatu wilayah afeksi yakni bagaimana Guru memberikan atensinya terhadap siapa saja. Bentuk sederhana ketika seorang-orang menghafal nama orang lain. Atensi diberikan ketika kondisi yang ekstrem, misalnya pada saat yang bahagia atau pada saat yang kurang menyenangkan. Adapun bentuk atensi dapat berupa verbal atau kata-kata, atau hadiah. Atensi juga dapat diwujudkan dalam penguatan [reinforcement] ketika siapa saja.
N
NEED:
Manusia yang memiliki kemampuan untuk menanggapi adalah manusia yang mampu mengendalikan kehidupannya, sehingga dia mampu menentukan tindakannya sendiri. Terkait dengan jati diri sebagai Geru, maka dalam membangun citranya sedikitnya, ada lima kemampuan yang harus dikantongi. 
 Kemampuan-kemampuan itu adalah:
q  Ability to fact [kemampuan memahami fakta]
q  Ability to basic knowledge [kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan]
q  Ablity to evaluation [kemampuan mengevaluasi]
q  Ability to analysis [kemampuan analisis]
q  Ablity to response [kemampuan menanggapi]. adalah kemampuan yang muncul, akibat kemampuan-kemampuan lainnya, seperti: kemampuan memahami fakta; kemampuan memahami dasar-dasar pengetahuan, kemampuan evaluasi dan kemampuan analisis]
T
TRUST
1.       Kemampuan dalam memahami kompetensi [competency]
2.      Kemampuan untuk meciptakan visi [Vision] sebagi harapan dan cita-cita
3.      Kemampuan untuk memberikan makna pada hidupnya yang diwujudkan dalam bentuk  pemaknaan misi [Mission] hidupnya
4.      Kemmapuan menggunkan kompetensinya untuk mewujudkan visi dan misinya dalam bentuk strategi yang dijalankan
5.      Kemampuan  menterjemahkan strategi sebagai aksi.

A
ACTION/KERJA NYATA:
Sebuah keteladanan adalah contoh nyata yang mampu menggerakkan semangat anak didiknya. Keadaan ini harus disadari bahwa dalam manajemen proses pembelajaran seorang guru memberikan keteladanan, dan penggerak munculnya interaksi yang dinamis. Dalam interaksi tidak pernah lepas dari persoalan konflik, karena konflik tumbuh dan berkembang dalam organisasi. Spektrum perkembangannya seirama dengan perkembangan organisasi. Konflik inilah yang perlu dikendalikan, karena tujuan akhir pengendalian konflik adalah terciptanya sebuah kepuasan. Kepuasan dalam proses pembelajaran selalu diawali dengan keinginan menghilangkan hambatan interaksi, sehingga nir penghambat [zero defect/ nir kecacatan, zero complain/ nir keluhan, dan zero accident/ nor kecelakaan.
Indikasi Guru yang Fanta:
  1. Visualizing. Seorang Guru visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan kapan hal itu akan dicapai
  2. Futuristic Thinking. Seorang Guru Visioner tidak hanya memikirkan kondisi saat ini, tetapi juga memikirkan kondisi yang diinginkan pada masa yang akan datang
  3. Showing Fore sign. Seorang Guru Visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi juga mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi, dan factor lain yang dapat mempengaruhi rencana
  4. Proactive Planning. Seorang Guru Visioner menetapkan sasaran dan startegi yang spesifik agar bisa mencapai sasaran tersebut dengan baik serta mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan berbagai rintangan potensial dan melakukan pengembangan rencana darurat untuk menanggulangi hambatan
  5. Creative Thingking. Seorang Guru visioner dalam menghadapi tantangan berusaha mencari alternative pemecahannya dengan memerhatikan isu, peluang, dan masalah
  6. Taking Risk, Seorang Guru visioner berani mengambil risiko sekecil apapun, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukanya sebuah kemunduran
  7. Processing Alignment. Seorang Guru Visioner mampu menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi
  8. Coating Alignment. Seorang Guru Visioner sadar bahwa dalam rangka mencapai tujuan, dia harus bekerja sama dalam menciptakan hubungan yang harmonis, baik kedalam maupun keluar
  9. Continuous Learning. Seorang Guru visioner selalu mampu mengikuti pelatihan dan pendidikan secara teratur, dalam rangka mengembangkan profesionalitas dan memperluas pengethauna, serta memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi
  10. Embracing Change Seorang Guru Visioner tahu bahwa perubahan adalah suatu bagian terpenting bagi pertumbuhan dan pengembangan kemampuan dirinya. Ketika ada perubahan yang dinginkan atau yang tidak diantisipasi sebelumnya, Seorang Guru visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat ari peerubahan tersebut.
GENERASI MUDA  KOK KAYAK COCA-COLA
Coca-Cola memang nama merk soft drink, namun punya makna lain sebagai akronim yang dijadikan untuk mencandra popularitas seorang kandidat Walikota di Jerman. Kata itu diambil dari sebuah buku dengan judul “Memenangkan Pemilu ! [Petunjuk Praktis bagi Kandidat”, karya Dr. Rainer Adam-Penerbit : Friedrich Naumann Stiftung.


Bermaksud untuk mencandra seorang Guru.
COCA COLA:
Sebuah terminology baru, karena coca-cola selama ini identik dengan sebuah minuman bersoda asal negeri Paman Sam, ternyata di Jerman digunakan sebagai kriterium dari seorang-orang yang maju sebagai kandidat Gubernur atau Walikota. Kalau dicermati dan sedikit di renungkan, maka Generasi Muda  juga termasuk dalam pusaran ini. Seorang Guru harus COCA-COLA.
CO, dari “Competence” atau kompeten, artinya seorang gemud harus memiliki pengalaman yang pas, mempuntai kualitas kehidupan dan kemampuan melaksanakan rencana dengan seksama, efektif dan efisien.
CA, dari “Charisma” atau karisma, seorang Guru sebaiknya memiliki kepribadian yang mampu menggerakkan orang.
CO, dari “Communication” atau komunikasi, seorang Guru harus memiliki kemampuan komunikasi dengan orang-orang dari berbagai spectrum/lapisan.
Seorang Gemud harus mampu menjembatani serta mempertemukan perbedaan-perbedaan pendapat. Trampil berbicara didepan public, menguasai bahasa tubuh [gesture] dan seni ekspresi.
LA, dari “LANDSCAPE” atau “wawasan”, seorang Guru harus memiliki wawasan yang luas terutama yang berkaitan dengan dunia dirinya yang dikembangkan nalar dan kepribadiannya


PENUTUP
MERUBAH MENTALITAS YANG BEKU:

            Hadirnya sesuatu yang baru, serta merta membelah sikap mental seorang-orang, ada yang setuju, ada yang pula menggerutu. Sosialisasi kalau ini memiliki maksud untuk menjebatani belahan sikap tadi. Seperti lahirnya “PEMBELAJARAN YANG INSPIRATIF”, yang kini akan kita dicerna bersama, kita kunyah-kunyah berjama’ah. Kadang mengundang pertanyaan yang sangat menyeramkan, apakah selama ini pembelajaran tidak inspiratif? Apakah pembelajaran yang kita lakukan  selama ini sia-sia?. Tentu itu tidak benar. Pembelajaran yang kita lakukan sudah benar, namun  kemajuan teknologilah yang menstimuli kita untuk beradaptasi, artinya mengadaptasikan proses pembelajaran sesuai zaman.
         Bagaimana dengan profesi kita?, Tentunya yang harus kita kedepankan saat ini adalah kerelaan kita untuk berubah.
Model pembelajaran, adalah sebuah metodologi, atau sarana, lebih kasar kita sebut “alat” atau “piranti”. Guru adalah seorang profesionalis yang menjalankan fungsi-fungsinya dengan menggunakan metodologi, kendatipun aturan telah dicanangkan, namun sikap mental masih pada pusaran yang rentan berubah, maka segalanya menjadi  kalah dan “mentah”
Kuncinya adalah, saat ini kita harus berubah. Dari paradigma lama menuju yang baru. 

RUJUKAN YANG DIGUNAKAN

Charles Panati [1988]. Breakthroughs
David Champbell [1965]. Take the road to creativity get your dead end, Argus Communications, 7440 Natchez Avenue, Niles, Illinois 60648, USA
Herman JP. Maryanto(2008), 5 Penyakit Mematikan Profesi Guru. Refleksi Proses Pembelajaran, PT. Sentra Jaya Utama. Kelapa Gading, Jakarta.
Maswan dan Sulaiman Sahlan[1989]. Mengungkap tabir“ Imajinasi dan Ide Manusia” Penerbit Sinar Baru Bandung.
--------------------------------[1989]. Multi dimensi sumber kreativitas manusia Manusia Penerbit Sinar Baru Bandung.

No comments: