Google

Saturday, November 4, 2017

KUATKAN JATI DIRI & BANGGA MENJADI BANGSA INDONESIA



KUATKAN JATI DIRI & BANGGA MENJADI BANGSA INDONESIA
Disampaikan pada kegiatan
Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur
Djoko Adi Walujo



PENGANTAR
Hingga kini banyak orang melihat negerinya sendiri dari sisi kelam dan buruk, pandangan atomisitik ini membuat orang cenderung untuk pesimistik, dan sangat negatif. Pandangan semacam ini tentu kurang arief, juga sebaliknya melihat negeri secara berlebihan dan memuja tanpa batas membawa sifat angkuh dan chauvinistik.
            Generasi muda harus memandang secara obyektif, nir kepentingan dan lepas dari prasangka-prasangka. Generasi muda yang sadar akan plus minus negerinya, akan membuat instropeksi diri secara dini, dan membuat rekaan-rekaan arif sebagai daya antisipastif.
          Jika kita sebagai bangsa cenderung hanya memandang dirinya sendiri (self image), apalagi menganut idola sesat seperti katak dalam tempurung, maka kemajuan negeri urung terjadi. Seharusnya ada keseimbangan, berupa kegaiatan untuk menerima pandangan orang lain (image others). Karena keseimbangan antara diri kita dan pandangan orang lain merupakan pertemuan terindah, yang akan membuat bangga negerinya. Kebanggaan inilah yang akan melahirkan jiwa rela berkorban dari rasa cintanya terhadap tanah air tercinta.
Kita harus kuatkan jati diri bangsa, sadar akan plus minusnya, lalu menghilangkan dan mengurangkan segala kelemahan, dan merawat segala keindahan yang membuat kebanggaan citra bangsa.
Letakkan obyektivitas tanpa pretensi buruk, letakkan obyektivitas untuk memberi daya agar cinta tanah bukan merupakan syarat, tapi sebagai  keharusan mutlak.         

JADILAH PATRIOT:
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari era kerajaan, dengan berbagai romatikanya, zaman  penjajahan hingan tercapainya kemerdekaan. Sdejatinya tak mudah bagaikan membalikkan telapak tangan untuk mencapai kemerdekaan itu. Perjuangan dengan kekuatan fisik disertai doa sebagai daya kekuatan Illahi dimunajatkan.  Menjadi sebuah perjuangan yang kuat dan pada gilirannya membawa bangsa ini mewujudkan cita – cita hakikinya, yakni “MERDEKA". Peran segenap rakyat Indonesia dengan berbagai manifestasinya semata-mata hanya ditujukan untuk berjuang dan tercapainya kemerdekaan.  Kunci keberhasilan itu terletak dari kadar  Nasionalisme dan Patriotisme  yang merupakan kunci perekat yang mempersatukan seluruh kalangan masyarakat Indonesia.
Saat ini bangsa kita berada di labirinnya dunia tanpa batas, yang diramaikan dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi,   dan  ketika globalisasi yang dipenuhi dengan kemajuan teknologi itu, membawa buruk maka akan membuat  pudarnya rasa Nasionalisme dan Patriotisme . Realita ini sungguh menyedihkan, apalagi saat ini dipertontonkan  pada  dunia secara bebas dan vulgar,  aksi-aksi pornografi, sex bebas, bahkan merebaknya narkotika dikalangan  generasi yang masih usia belia, yang akhirnya kan mereduksi sebuah semangat  “Propatri.  Kita harus sadar, bahwa kali ini semangat Nasionalisme dan Patriotisme masyarakat Indonesia terkontaminasi oleh budaya asing. Citarasa ke Indonesiaan semakin menyempit karena derasnya penetrasi budaya asing.
             Duet Bung Karno dan Bung Hatta dianggap paling mewakili semangat patriotisme dan nasionalisme generasi muda Indonesia kala itu. Menurut  sang proklamator itu, bahwa, martabat dan identitas diri sebagai bangsa merdeka sangat penting.  Sebagaimana yang dikuti oleh Bung Hatta terkait dengan buah pikir Prof. Kranenburg dalam Het Nederlandsch Staatsrech, “Bangsa merupakan keinsyafan, sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu keinsyafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan tujuan bertambah besar karena persamaan nasib, malang yang sama diderita, mujur yang sama didapat, dan oleh karena jasa bersama. Pendeknya, oleh karena ingat kepada riwayat (sejarah) bersama yang tertanam dalam hati dan otak”.
Disini kita dituntut untuk selalu mengedepankan kebersamaan, senasib dan sepenangungan. Kita tidak boleh menghidupkan idividualisme, ataupun etnosentrisme. Hindari “the idols of tribe”, sebuah tindakan yang mengidolakan kesukuan. Kesukuan harus dihindari, karena negara ini merupakan negara sarwa warna, ada sekitar 740 suku di negeri tercinta ini. Kiatnya harus angkat jargon “KITA BANGSA INDONESIA” Jaga bangsa ini sebagai bangsa majemuk Bhinekka Tunggal Ika Tanpa Dharma Mangruwa, “Unity in Diversity”.
CERITA  SEPINTAS KEKAYAAN BANGSA INDONESIA:
Doktor Stephen Oppenheimer pikiranya berkecamuk setelah mempelajari pikiran cerdas filsof Plato, ketika itu Plato menegarahi bahwa ada “surga” yang hilang. Sebuah tanah dengan kekayaan dan keseburan yang dahsyat hilang dimuka bumi. Konon di ceritakan bahwa terdapat gugus pulau yang menjadi negara dengan budaya yang amat sangat tinggi. Memiliki teknologi pertanian yang amat canggih, bahkan kehidupannya serba dalam aturan yang jelas. Kemudian pikiran yang mengganggu benak Doktor Stephen itu, di bentangkan dalam buku yang berjudul : “Eden in The East”. Setelah buku itu launching membuat dunia “geger”, membuat semua peneliti hebat terperanjat, karena dari tanda-tanda yang ada, ditengari adalah Indonesia, sebagai negara yang terletak di Kathulistiwa. Pemikiran ini sejalan dengan pemikiran Profesor Arysio Santos, seorang guru besar dari Meksiko. Santos menulis buku dengan tajuk Atlantic, menggambarkan suatu negara yang tumbuh dengan peradaban yang sangat tinggi dan bagus. Tetap saja Indonesia yang ditengarahi oleh santos itu.
Keadaan inilah yang mengundang keinginan seorang-orang untuk memiliki Indonesia. Berikut adalah diskripsi yang menjawab kebenaran pemikiran Stephen Oppen Hoaimer dan Arysio Santos.
Tambang uranium yang menggemparkan dunia:
Negara ini punya pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia, dan ketika pertambangan ini dibuka hingga sekarang, telah mengasilkan 7,3 juta ons tembaga dan 724,7 juta ons emas. Bahkan ketika emas dan tembaga disana mulai menipis ternyata dibawah lapisan emas dan tembaga tepatnya di kedalaman 400 meter ditemukan kandungan mineral yang harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas, yakni URANIUM!
Cadangan Gas Bumi:
Cadangan Gas Alam Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Antara lain di Blok Natuna dan Blok Cepu yang menghasilkan sekitar 200 kaki kubik minyak bumi dan gas alam.
Pemegang Paspor Terbanyak di Dunia
Setiap tahun negara yang berpenduduk 251.160.154 ini setiap tahunnya menerbitkan Paspor minimal 250.000, ditengarai hampi dua kali limat, yakni 500.000 pertahun. Ini pertanda bangsa kita sedang bersedekah pada negara lain milyaran rupiah
Pengguna Sepeda Motor yang terbanyak di dunia:
Sekarang sudah mencapai 88 juta sepeda motor, dan dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi, hal ini secara signifikan identik negara yang “minum” bahan bakar. Artinya kemampuan bangsa ini sangat hebat. Belum termasuk mobil yang digunakan.
CERITA TENTANG PAKAR GEOPOLITIK:
Memahami geo politik itu penting, “Conditio sine Quanon”, seatu keharusan dan tak mungkin di tawar-tawar.  Seluruh bangsa ini harus paham, wajib paham, karena pemahaman geopolitik yang bagus, akan melahirkan jiwa yang terpanggil untuk melindungi tanah air. Disamping itu geopoliti memandu kita pada sebuah kesadaran, jika negara kita memilki kekayaan yang melimpah, dan keadaan yang indah. Kekayaan menjadi simbul keunggulan banding (comparative adventage) dan keunggulan saing (competitive adventage).
Lalu apa sejatinya geopolitik itu?
(sumber internet
Ajaran Prof Frederich Ratzel (Lebensraum) , Jerman (1844-1904). Menurut Ratzel, negara dianalogikan sebagai organisme yang lahir, tumbuh dan berkembang mempertahankan hidup, menyusut dan mati.  Negara adalah  “ruang” (wilayah) yang ditempati oleh kelompok politik dalam arti kekuatan. Makin luas potensi ruang tersebut, semakin besar kelompok politik itu tumbuh dan berkembang.
Ada adigium yang mengatakan, bahwa hanya bangsa yang “unggul” yang mampu bertahan hidup dan langgeng. Sementara itu, semakin tinggi budaya suatu bangsa, semakin besar pula Sumber Daya Alam yang dibutuhkan, Jika  “ruang” tersebut tak dapat mendukung dinamika (budaya) bangsa, niscaya pada sisi lain kekuatan politik tadi akan mencari pemenuhan kebutuhan SDA di luar wilayah. Bisa juga karena kebutuhan SDA negara akan melakukan ekspansi atau koloni.
Teori Ratzel melahirkan gagasan untuk melegitimasi (hukum) ekspansi, terutama ketika dinamika budaya manusia (ekonomi, perdagangan, perindustrian, dll) membutuhkan  (imbangan) pemekaran wilayah. Ajarannya menekankan, bahwa hakikat batas-batas negara sifatnya sementara. Dengan kata lain, jika “ruang” hidup organisme (negara) tak lagi memenuhi keperluan, maka teori ini melegalkan (kaum) kelompok politik ‘dapat’ memperluas atau mengubah batas-batas negara baik secara damai maupun melalui jalan perang. Sekali lagi, makna ‘dapat’ artinya tidak wajib. Mereka boleh menggunakan atau tidak, tergantung dari political will kelompok atau elit politik sebuah negara.
Pada gilirannya teori ini menimbulkan dua aliran, dimana aliran pertama fokus pada kekuatan darat, sementara aliran lain berfokus pada kekuatan laut. Ketika muncul persaingan antara keduanya maka Ratzel pun mengemukakan gagasan baru, bahwa dasar-dasar suprastruktur geopolitik kekuatan total (menyeluruh) sebuah negara harus mewadahi pertumbuhan kondisi dan kedudukan geografinya. Ia menyatakan bahwa ada keterkaitan antara struktur (kekuatan) politik, geografi dan tuntutan pertumbuhan negara/organisme.

No comments: