Google

Saturday, November 4, 2017

OPTIMALISASI PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA DALAM PEMBELAJARAN



OPTIMALISASI PENGGUNAAN SOSIAL MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
disampaikan pada Mimbar Ilmiah Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
11 Juni 2015
djoko aw[1]
PENGANTAR:
makalah ini (ditulis dengan bentuk essay)
       
Penggunaan gadget di kampus kini kian marak, bahkan menjadi problem serius karena digunakan saat proses belajar mengajar berlangsung. Mencermati keadaan ini, maka selayaknya  diperlukan perhatian amat khusus dan ekstra. Jika hal tersebut dibiarkan akan menggagu proses belajar mengajar. Oleh karenanya harus dicarikan cara-cara cerdas untuk mengubah fenomena ini.  Dari keadaan yang mengancam menjadi peluang  yang mendatangkan manfaat.    Kini diberbagai negara telah lahir model pembelajaran yang dapat memanfaatkan gadget, dan sangat kental dengan hal-hal  yang berbau teknologi informatika. Sejatinya untuk saat ini pemanfaatan teknologi informatika bukan merupakan hal yang tabu, akan tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan hidup yang sangat besar manfaatnya. Kini telah menjadi kenyataan banyak mahasiswa tidak lagi membawa membawa buku saat ke kampus, akan tetapi mereka menggantikan buku buku tradisonalnya  menjadi  buku virtual. Mereka hanya membekali dirinya semacam  chip yang akan membantu dalam belajar. Keadaan ini semestinya juga berkosekuansi pada sorang-orang dosen yang perannya memfasilitasi pembelajaran. Di era ini Seorang dosen menjadi sosok fasilitator yang mendesain pembelajaran dengan menambatkan berbagai teknologi informasi yang berkembang. Jika seorang dosen menghindar  atau  phobi terhadap  teknologi informatika, maka secara pelahan akan teralienasi. Ketinggalan bahkan pembelajaran yang dilakukan terkesan lambat dan kurang menyenangkan.
Sesungguhnya model pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi adalah sebuah “conditio sine quanon”, maknanya bahwa penggunaan teknologi adalah keharusan dan tidak boleh ditawar lagi. Penggunaan teknologi informasi akan memberikah manfaat yang lebih sekaligus akan memenuhi kriteria EER (effective, Efficience and Rational). Pemanfaatkan teknologi akan mempermudah dan memperingan kerja dosen.  Seorang dosen akan terbantu dalam mencapai  tujuannya, serta dapat mengotrol tahapan demi tahapan pembelajaran.

Fonomena Penggunaan Internet:
Kita ketahui bersama bahwa proses pembelajaran sering dijumpai mahasiswa sedang menggunakan gadget untuk kepentingan di luar pembelajaran. Hal ini sangat mengurangi konsentrasi, seraya sangat mengganggu psikologis sang dosen. Kejadian semacam ini hampir setiap hari dan secara bergantian dilakukan oleh mahasiswa.   Bahkan instensitasnya sangat tinggi. Kenyataan ini tidak serta merta dapat  dielekkan atau dicegah kehadirannya, hampir tiap-tiap kampus memiliki fenomena semacam ini.  Sesungguhnya gadget lahir sebagai teknologi memiliki manfaat yang besar, dan dilahirkan untuk kepentingan kepentingan mulia. Hanya dalam praktik penggunaan disalahgunakan. Pada hakikatnya Teknologi hadir dalam dua sisi yang berbeda,  satu sisi menyatakan sebagai manfaat, sisi lain adalah membawa dampak negatif. Perkembangan gadget selalu seiring dengan perkembangan internet, dari perkembangan internet akan diketahui jumlah pengguna gadget. Berikut sebuah  data  menggemparkan terkait dengan  pengguna internet di Indonesia.
Menurut Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) telah merilis hasil riset nasional terkait jumlah pengguna dan penetrasi internet di Indonesia untuk tahun 2014 kemarin. Menurut hasil riset yang digelar atas kerjasama dengan pihak Pusat Kajian Komunikasi (PusKaKom) FISIP Universitas Indonesia, disebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia kini telah mencapai angka 88,1 juta.
Dengan demikian, jika disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk Indonesia yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 252,5 juta jiwa, maka pengguna internet di Indonesia mengalami pertumbuhan 16,2 juta jiwa dari total 71,9 juta pengguna di tahun 2014 (http://tekno.liputan6.com/read/2197413/jumlah-pengguna-internet-indonesia-capai-881-juta)
       Selanjutnya  angka yang cukup mengejutkan dipatok oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) terkait jumlah pengguna Internet di Indonesia. Menurut Direktur Jenderal Aplikasi dan Teknologi Informatika Kemenkominfo Bambang Heru Tjahjono, seperti dikutip dari Antara, Kemenkominfo berharap di akhir tahun 2015 jumlah pengguna Internet di Indonesia telah mencapai angka 150 juta orang, atau sekitar 61% dari total penduduk
Seperti disebutkan dari sumber yang sama, Kemenkominfo mengklaim bahwa saat ini jumlah pengguna Internet di Indonesia sudah mencapai 57% penduduk, atau kasarannya mencapai hampir 137 juta pengguna. Angka yang cukup fantastis mengingat awal tahun ini APJII mencatat jumlah pengguna Internet di tanah air baru berkisar di angka 71 juta dan perkiraan banyak pihak, akhir tahun ini jumlahnyapengguna baru mencapai kisaran 80-an juta pengguna.

Impian masa depan dalam pembelajaran:
       Pemanfaatan gadget  adalah impian menuju pembelajaran masa depan. Gadget dalam kampus justru dijadikan peluang dan bukan halangan. Dengan gadget akan memudahkan akses  pembelajaran, hal tersebut ditopang dengan hadirnya  sosial media yang bebas biaya serta penuh dengan  kecanggihannya. Sosial media seperti Facebook, Instagram, Tweitter, Path, Blog, dan Whatsapp. Dalam beberapa tahun yang lalu facebook sempat dituduh sebagai sosial media yang dampak negatifnya sangat merugikan, namun saat ini justru di berbagai negara sangat sering di manfaatkan. Sebagaimana hasil penelitian Saedah Siraj,  dari Unieversity Malaya yang meneliti kecanggihan media sosial untuk pembelajaran dengan tema, “Effectiveness Of Facebook Based Learning To Enhance Creativity Among Islamic Studies Students By Employing Isman Instructional Design Model”
Selanjutnya juga penelitian yang yang dilakukan oleh  Tami Blumenfield, James B. Duke Assistant Professor of Asian Studies, Furman University, “Student-Directed Blended Learning with Facebook Groups and Streaming Media: Media in Asia at Furman University  Realita ini sangat meyakinkan kita serta memberikan rasional yang cukup, bahwa penggunaan sosial media sangat membantu berlangsungnya belajar mengajar secara optimal.

Blended Learning mengoptimalkan sosial media
Sejarahnya:
 ----------

Tujuan Blended Learning :
     Membantu mahasiswa  untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.
  Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi dosen dan mahasiswa untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.
     Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi mahasiswa, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para mahasiswa dalam pengalaman interaktif.  Sedangkan porsi online memberikan para mahasiswa dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan disetiap saat, dan di mana saja selama mahasiswa  memiliki akses internet.

 Kelebihan blended learning :
Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi
·       Pembelajaran lebih efektif dan efisien;
·       Meningkatkan aksesbiltas;
·       Mudah dalam mengakses materi pembelajaran;
· 


Kelemahan  blended learning :

  • Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
  • Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembeajaran mandiri via online.
  • Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
  • Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet


DAFTAR PUSTAKA


Bersin, Josh. 2004. The Blended Bearning Book:Best Bractices, Proven Methodologies, and Lessons Learned. San Francisco: Pfeiffer

Bugeja, M. J. (2006). Facing the Facebook. Chronicle of Higher Education, 52(21), 1–4.

Jyri Manninen (2014).Bleded Learning The Best Option, University of Helsinki Palmenia Center for Continuing Education www.helsinki.fi/palmenia

Saedah Siraj at all 2014. Effectiveness Of acebook Based Learning To Enhance Creativity Among Islamic Studies Students By Employing Isman Instructional Design Model. Faculty of Education University of Malaya. Kuala Lumpur, 50603 Malaysia

Wikipedia, the free encyclopedia. Blended Learning. (www.wikipedia.com, diakses tanggal 29 agustus 2010)




[i] * djoko adi walujo: Adalah Alumni Universitas Negeri Surabaya (UNESA- Dahulu IKIP SURABAYA), doctor business administration di JOSÈRIZAL UNIVERSITY OF PHILIPPINA, Salah satu anggota dewan pendidikan propinsi jawa timur,cdewan pakar PGRI Propinsi Jawa Timur,  mantan anggota dewan Pembina perpustakaan masjid propinsi jawa timur, mantan wakil ketua PGRI propinsi jawa timur, mantan Gugus Pemikir Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (YPLP-PGRI) pusat, sekretaris ISPI- Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia propinsi jawa timur, sekretaris badan penyelenggara Universitas Adi Buana Surabaya,. Memiliki International Certificated untuk pelatihan guru-guru zone Asia-Pacific (EI-Edication International), Certificate “Leadership in Higher Education” – University Technolofy of Sydney-Australia

No comments: