Google

Wednesday, August 8, 2012

GURU GAYUNG KAMAR MANDI


GURU BAGAIKAN GAYUNG KAMAR MANDI
Choirun nisa merupakan nama yang dimaklumatkan oleh kedua orangtua saya sejak saya lahir, semoga senantiasa menjadi doa dalam setiap perjalanan hidup saya. Kota udang yang berada dipropivinsi jawa timur yaitu sidoarjo mrupakan tanah klahiran tercinta bagi saya. Angka 3 mrupakan angka yang selalu mengikuti kehidupan saya,30-03-1993 adalah tanggal dimana sa’at itu saya mulai menghirup udara di dunia ,sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.
Saya seorang perempuan yang slalu menghayati profesi guru semenjak menginjak kaki di universitas PGRI ADI BUANA SURABAYA yang sampai saat ini menjadi kampus kebangga’an saya, FKIP menjadi pijakan kaki saya  ketika memasuki UNIPA rofesi guru bukan merupakan impian dan cita-cita  bagi saya tetapi itulah uatu keinginan orang tua saya yang diamanatkan kepada saya, maka sebagai anak yang berbakti saya akan menjalankan dengan sepenuh hati berusaha menginternalisasikan jiwa seorang guru/pendidik kedalam kehidupa saya merupakan sesuatu tantangan yang begitu menantang dalam perjalanan hidup saya. Alhamdulillah… dengan berada di tengah-tengah orang hebat di universitas tercinta menjadika saya mudah menakluka tatangan yang ada, nilai-nilai luhur yang tiada henti dikucurkan, membekukan naluri untuk menjadi guru itu dihati saya. Semangat dan keyakinan untuk menjadi guru mulai  membara dalam hati, jiwa dan pikiran saya .
Guru adalah sesosok manusia yang menpunyai jiwa kasih sayang yang mulia, dengan segala kasih sayang yang dimiliki, dengan ketulusan ia memasuki jiwa setiap anak didiknya an segala keikhlasan ia senantiasa memberikan butir –butir ilmu, seta benih-benih kebaikan dalam jiwa siswanya.
Dalam renungan  saya guru ibaratkan seperti gayung yang senantiasa menjadi perantara bagi air untuk mengalir menyegarkan tubuh kita. Begitulah guru ia senantiasa mengucurkan, mengalirkan serta menyiramkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya agar mereka tidak dahaga serta terbakar dalam panasnya dunia dan tantangan kehidupan  yang semakin mengancam.
Gayung selalu berada disamping bak mandi, dia selalu siap menunggu kapan pun seseorang memerlukan luasnya dan menggunakannya untuk menggayung air ketika seseorang itu merasa dahaga/gerah. Begitupun guru beliau selalu senantiasa sedia dan setia untuk mendampingi siswa untuk menggayung ilmu penggetahuan bagi dirinya dan kehidupanya. Tanpa gayung tak kan seindah da semuda itu kucuran air dapat mengalir ketubuh setiap manusia, begitu pula ilmu pngetahuan juga takkan mampu  untuk masuk dalam pikiran siswa dan internalisasi dalam jiwanya tanpa perantara kasih saying dan bimbingan guru.
Gayung tak kan pernah meninggalkan kewajibannya dan takkan menolak jika diambil jasanya, selama bentuk dan wujudnya masih kuat, begitu pula guru ia takkan pernah memberi batasan ketika siswa membutuhkan jasanya hingga maut atau takdir tuhan sekalian alam yang membatasinya .
Tiada kata dan untaian mutiara indah yang dapat meluiskan betapa indahnya jasa seorang guru , tiada tinggi gunung dan dalamnya laut yang dapat dibandingkan dan tinggi dan dalamnya seorang guru, tiada luas lautan dan daratan yang dapat melukiskan luasnya kasih sayang guru bagi siswannya . 

 Senyum kebanggaan kedua orang tua saya adalah suatu mimpi bagi saya yang akan senatiasa menjadi pengobar semangat hidup saya di dunia ini,
DAN
Bisikan dan suara nasehat mereka adalah sebuah butiran- butiran biji tembaga yang akan saya susun menjadi sebuah senjata yang akan menjadi pegangan bagi saya selama hidup ini. 
KONTRIBUTOR
Nama  : Choirun Nisa’
NIM    : 11 800 0040
Kelas   : 2011 E

No comments: