Google

Sunday, August 12, 2012

GURU IBARAT PROOFING

Proofing merupakan satu tahapan dalam proses pembuatan roti, begitu juga dengan guru yang termasuk dalam daftar tahapan proses pembentukan jati diri, intelektual, emosional, bahkan tingkat kematangan sosial seorang siswa. Dengan macam adonan roti seperti roti abon,croissant, muffins, pizza atau macam roti lainnya, dapat dikatakan dalam konteks gender laki-laki maupun perempuan. Alat pengistirahatan adonan setelah proses fermentasi berlangsung ini tujuannya agar adonan mengembang  lebih maksimal. Hasil maksimal inilah akibat dari aliran listrik yang diibaratkan semangat seorang pendidik saat sepatu dan baju formalnya beserta tubuh yang penuh dengan bijaksana saat memasuki kelas awal pagi yang telah mengalirkan semangat pendidikan pada murid-muridnya guna mendapat hasil pembelajaran yang maksimal pula. Satu alat bagaikan satu orang, artinya satu proofing dapat digunakan untuk dua puluh hingga dua ratus adonan roti siap oven. Begitupun dengan satu guru dapat meng-handle beberapa puluh siswa. Padahal seseorang belum tentu dapat meng-handle dirinya sendiri, apalagi orang lain.
Proofing memang panas, tetapi tidak sepanas oven. Dia lebih dingin dibanding perapian, namun bukan sebuah lemari pendingin. Karena itu, guru bukanlah orang tua kandung, akan tetapi dapat membimbing bak seorang yang telah melahirkan para peserta didiknya. Beliau juga bukan orang lain seperti layaknya penjual dan pembeli di pasar, jika ada dijual maka ada yang diberi. Timbal balik sepadan bagi pelaku pasar. Tidak demikian bagi serang guru. Mereka memberi namun bukan untuk dibeli.
Susunan rak-rak prooving yang begitu rapi dan dengan spasi yang seragam pula mengibaratkan begitu telatennya serang guru mengajari murid-muridnya dengan terencana dan tertata rapi pula. Panas proofing yang merata seperti meratanya kasih sayang guru.
Sebelum proofing, biasanya adonan telah ditimbang menjadi bagian kecil, dan dibulatkan terlebih dulu. Begitu pula dengan niat pendidik saat akan berangkat mengajar. Beliau merencanakan dengan detil proses pembelajaran agar mencapai hasil maksimal. Jika berlebih, akan terjadi over proofing yang menyebabkan tekstur roti menjadi terlalu lunak (tidak kokoh). Hal ini sesuai dengan karakter seorang murid. Guru tidak akan memaksakan kehendaknya jika potensi anak memang tidak dapat mencapai pada yang diinginkan. Karena beliau menyadari setiap anak memiliki kemampuan berbeda-beda.
Kestabilan panas proofing memunculkan harapan supaya keroyalan beliau terhadap dunia pendidikan juga tetap stabil dan tidak berpaling ke arah profesi lain, dengan tujuan meninggikan kemajuan pendidikan di bumi ibu pertiwi. Terimakasih atas segala kucuran pemberianmu. Maafkan semua kesalahan murid-muridmu yang masih merasakan nikmatnya menjadi seorang anak-anak, tertawa lepas, dan masih mencari jati diri untuk bekal kelak dikemudian hari.

No comments: